Butuh Teman?
Pesan singkat dari massenger, ya aplikasi sejuta umat facebook. Sungguh aplikasi ini kugunakan hanya untuk mengganti photo yang sudah lama menjadi penanda akun itu masih berpenghuni. Walaupun siapa yang peduli soal itu di situasi begini.
Setelah mengganti photo ada banyak respon yang kudapat. Salah satunya pesan singkat dari massenger. Lama tidak bertemu, sampai aku lupa kapan waktunya dan tidak pernah bertukar sapa.
Terimakasih kepada temanku yang satu itu. Walaupun sulit rasanya memulai obrolan dengan orang yang jarang bahkan tidak pernah lagi dijumpai. Tapi tetap ia lakukan.
Akhirnya obrolan menjadi alot malam itu. Menanyakan kesibukan? Ya agenda pertanyaan rutin dan sedikit membosankan. Lalu memberi tahu kehebatan? Sepertinya tidak dibutuhkan hehe. Namun, apapun terimakasih karena menyapa itu tidak pernah mudah.
Perkara pilihanku yang tidak sama dengannya itu adalah lumrah. Di umur menuju setengah abad pertemanan bisa banyak jenisnya dan masih tergolong tidak stabil. Karena disana ada banyak kondisi. Disatu sisi masih merintis kehidupan, ada yang sedang mencoba peruntungan nya dengan usaha, bekerja, dan banyak lainnya.
Ketidak samaan ritme ini susah untuk disatukan. Apalagi masih baru merintis, semua merasa jalan hidupnya sudah benar. Ya memang seharusnya begitu, meyakini apa yang dipilih.
Tapi, kusampaikan perlahan, tentang aku yang tidak terlalu menyukai perkumpulan tanpa tujuan bukan karena kesombongan. Hanya coba bayangkan berapa banyak uang yang harus kukeluarkan untuk sebuah tongkrongan berbeda orang dan berbeda waktu?.
Kalau harus memilih, baiknya kita bertemu dari rumah mu ke rumah ku. Mungkin, saat ini kau memprotes cara ku berteman, tapi nanti cangkir cangkir kopimu yang sudah kosong di tempat tongkrongan akan jadi saksi bisunya.
Betapa banyak materi dan waktu yang terbuang karena pradugamu terhadap teman sebatas tongkrongan. Pilihanku, daripada sulit mengatasi hal yang belum tentu bisa kuatasi. Aku memilih untuk disini, tetap bisa diajak berbicara, tidak terbatas pada waktu dan media penyambungnya.
Jika kau mengundang ku di acaramu, aku punya waktu dan rezeki maka akan kuhadiri sebisa mungkin. Ketidakmunculanku di kafe sana sini menyelamatkan banyak hal, tidak sekarang kau pahami mungkin nanti.
Saat kau bilang jangan memilih milih teman. Rasanya wajib untuk selektif agar tidak selek di kemudian hari. Quality over quantity. Selalu, lebih baik sedikit daripada banyak ibarat buih di lautan, banyak tapi terombang ambing. Apapun hubungan yang kita bangun adalah pilihan bukan? Jadi bukan pilih pilih, karena memilih dengan baik adalah kewajiban sedangkan pilih pilih terkesan tidak bertanggungjawab.
Jadi, masih butuh teman seperti ku?
Comments
Post a Comment