Filosofi Kacang Hijau




    Bertemu dengan orang-orang yang positif akan memberikan energi tersendiri. Sadar atau tidak hal itu menambah semangat dan melakukan hal-hal lain yang tak kalah baiknya dengan orang-orang yang ditemui. Tapi, hari ini orang-orang dengan nilai positif di sepanjang perjalanan hidupnya kurang dimintai saran. Padahal sejatinya mereka juga perlu wadah untuk didengarkan. 

    Serangkaian kesibukan yang dilakukan sepanjang hidup mereka tentu memiliki alasan tersendiri. Jika hanya disimpan rapi sebagai konsumsi pribadi justru akan menghilangkan esensi positif nya. Baiknya jika bertemu dengan orang-orang ini cobalah bercerita tentang bagaimana mereka sampai pada perjalanan saat ini. Barang kali mereka membutuhkan tempat untuk melepaskan penat karena berjuang atas sesuatu terkadang melelahkan walaupun bonusnya pencapaian gemilang.

    Mulailah dengan hal-hal ringan karena justru tidak berkesan jika melupakan hal remeh temeh yang justru mendekatkan. Maka sore kemarin saya mencoba untuk mencari hal remeh temeh tersebut agar obrolan tidak kaku. Dan kacang hijau menjadi pilihannya.

    Sore ini ide membuat kacang hijau tiba-tiba muncul begitu saja. Padahal masih ada ubi didalam lemari pendingin. Ternyata setelah kulitnya terlepas dari daging keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk dikonsumsi. Maka kacang hijau secara sah menjadi pilihan kedua sekaligus terakhir.

    Sambil terus menyusuri diskusi ringan berupa obrolan seru di sore hari di depan teras kos. Saya mulai menyamar sebagai moderator kawakan. Tidak sungguh-sungguh dalam sebuah acara resmi. Hanya obrolan biasa satu narasumber dan satu moderator. Dengan penonton diwakili oleh narasumber dan moderator. Diskusi yang cukup alot ini rasanya sudah menghabiskan banyak materi karena tak mau rugi pada pertemuan yang nyatanya cuma sekali. Sebab ini pertemuan khusus yang memang diutamakan untuk membahas tentang tulisan.

    Tulisan hanya satu dari banyak alasan untuk obrolan sore kemarin. Nyatanya semua orang akan melakukan apapun yang disukainya. Walaupun terkadang jarang sekali selesai dalam menjalankannya. Dari situ ada kesimpulan lain yang ternyata tak kalah penting dan wajib diperhatikan. Ketika menyelesaikan satu atau lebih tulisan harusnya mempunyai target walau justru terkadang ide tidak hadir serta-merta. Dengan itu kita sadar bahwa suatu hal layaknya harus selesai. Walaupun kata selesai belum tentu menggambarkan hal yang sempurna. Tapi, seharusnya hal yang sempurna harus ditutup dengan perjalan akhir yang disebut dengan selesai.

    Maka jika melihat kacang hijau yang dimasak menjadi bubur hari ini jelas terlihat. Kacang hijau dengan kualitas tidak baik justru memunculkan dirinya dipermukaan. Sedang kacang hijau dengan kualitas baik justru tenggelam didalam rebusan air. Hari ini jika kita terus mendukung hal-hal tidak baik maka akan terlihat lebih menonjol daripada hal-hal baik. Padahal sejatinya hal-hal baik tidak lebih sedikit daripada hal kurang baik, lihat saja kacang hijau didalam air rebusan. Yang kualitasnya bagus justru lebih banyak daripada yang tidak, namun sayang yang muncul dan terlihat dipermukaan adalah yang kualitasnya kurang. Sebab atensi kita jatuh pada hal tersebut.

    Dan jika hal tersebut terjadi pada ummat manusia maka akan sangat disayangkan. Harusnya hal-hal baik, orang-orang baik dapat lebih disoroti daripada yang tidak baik. Sehingga tidak ada bahasa sumbang di tengah masyarakat bahwa. 

"Sekarang udah beda sama dulu. Sekarang lebih banyak gak bagusnya daripada yang bagus"

    Padahal sadar atau tidak, masih lebih banyak hal-hal positif daripada negatif tetapi kita memilih melihat satu hal dari sudut pandang kita. Kita hanya ingin melihat apa yang ingin kita lihat bukan melihat apa yang harus kita lihat. Sehingga besar kemungkinan justru hal baik tenggelam karena  yang ingin kita lihat pada objek justru hal buruk.

Comments

Popular Posts