Terlambat itu pilihan
Terlambat bukan takdir, tapi pilihan yang bermuara pada takdir. Akhir akhir ini jadwal masuk kantor semakin diperketat, absen wajib jam 8 pagi setelahnya tidak ada lagi kemudian jam 5 sore dan tidak bisa ditawar. Selalu saja ada yang menjadi tantangan di hidup ini.
Otomatis semua berlomba, untuk mengejar kertas selembar berisikan nama dan tanda tangan itu. Sebagai bukti kehadiran. Sampai salah seorang dari kami mungkin memperhatikan kebiasaanku yang terlampau santai. Walaupun sudah tiba jam 8 kadang absensi belum kububuhi tanda bawa aku sudah berhadir.
Kata temanku aku teramat santai, tidak memikirkan segala sesuatunya seperti mereka. Lalu, mengambilkan berkas absen dan menaruhnya persis di depanku. Senyumku bukan main lebarnya, ternyata pandangan orang masih saja sama. Menganggap aku tidak seperhatian mereka pada hal penting itu.
Aku tidak sama sekali tersinggung, sebab temanku benar. Harusnya aku mengejar absen seperti mereka karena itu penting. Hanya saja kadang aku lebih direpotkan dengan datang tepat waktu dibandingkan absen pada waktunya. Dan direpotkan banyak hal lain sejak terbit matahari sampai nanti tenggelam lagi.
Sementara salah seorang lain menyikutku dengan balpoin nya. Dia terlambat dan mengatakan sangat terburu buru untuk sampai ke kantor hari ini. Lalu dia berkeluh "sudah ngebut di jalan tapi masih saja terlambat". Menyalahkan jalanan yang ramai di jam itu, kemudian situasi ngebut yang tidak berujung sesuai harapan.
Sepertinya dia meminta ku berkomentar pada ujung kalimat dan tatapan matanya. Aku menarik nafas yang tidak seputus putus dirinya saat ini. Mencoba merasakan apa yang dia rasakan, tapi rasanya gagal. Karena aku masih saja sesantai perkataan temanku pertama.
"Lain kali jangan ngebut, jam segitu kan memang jam berangkat kerja belum lagi ada anak sekolah. Terus juga kalau gak mau terlambat jangan datang di waktu yang sempit. Ngebut juga gak buat kau nyampe tepat waktu. Harusnya perkiraan, kalau kecelakaan apa gunanya ngebut. Santai, terlambat itu kan pilihan, bukan takdir"
Comments
Post a Comment