Ujug ujug
Setiap keluhan ada solusinya. Mengeluh sakit kepala? Solusinya ya minum obat sakit kepala. Tapi, harusnya setiap keluhan tidak menjadi keluhan?. Dua hari ini jadi mandi di jam 8 malam. Setelah beres dengan seluruh kewajiban sebagai anak dan membersihkan diri sendiri. Dih berasa jadi manusia kotor? Hehe bercanda.
Apakah itu keluhan? Tentu tidak. Itu hanya jeda iklan. Saya menikmati mandi malam selama dua hari ini. Tapi, jangan keterusan apalagi kalau sedang bisa beribadah. Wah berabe sodaraa sodaraaa. Adik saya terbahak saat dirinya mengeluh saya langsung menahannya diujung lidah biar tak sembarangan keluar.
Me: Stop stop udah ya.. bisa kok bisa. Jangan bahas settle atau sejenisnya. Gadak yang benar benar settle di dunia ini.
Noh orang orang pada ngganggap hidupku enaklah...inilah.. itulaaah
I : Ada yang ngganggap gitu? Kok bisa? Ihh gak salah itu orang
Me: ya mana ku tau helowwww, udah telan ajaa makanan itu jangan buat aku ceramah lagi, makan!
Adik saya terbahak sambil menyelesaikan makan malamnya. Oiya saya juga, kami sedang menikmati makanan kesukaan warga +62. Sebelumnya saya sedang seru seru nya berselancar menyapa teman teman. Mungkin mereka merasa dirindukan, ada pula yang merasa saya menjadikan mereka bahan eksperimen untuk ditulis, tapi sungguh bukan karena keduanya. Tapi, baiklah terimakasih memberikan saya ide menulis.
Panjang sekali runtutan ceritanya. Tapi, aku senang apapun anggapan mereka. Do'a baik tak pernah luput ku haturkan. Agar kebaikan sekecil apapun tetap bisa mengisi rongga kecil di dalam hidup manusia yang serba capek ini. Keluhan harusnya tidak menjadi sebuah keluhan bukan? Dia bisa muncul dalam bentuk yang lebih baik. Settle atau tidak seyogyanya tidak pernah ada ujungnya. Seperti obrolan tadi pagi.
Kak berarti rezeki kita apa yang kita makan saja kan?
Saya tahu jelas kalau pertanyaan ini dijawab sederhana bisa menurunkan motivasi tetapi jika bersikeras jatuhnya jadi manusia tak bertuhan. Maka saya yang masih amatiran ini menjawab agar tidak menjadi penyebab seseorang bermalasan.
Me : Iya. Tapi rezeki 99 piring lagi juga ada ditanganmu. Mungkin bisa dikasi beberapa kepada orang lain. Kalau bisa punya 100 kenapa harus 1. Kan gak harus dimakan 100 nya. Bisa dimakan 1 sisanya terserah apakah sedekah, disimpan atau bagaimana.
Coba lihat orangtua kita hari ini. Apakah perjalanannya hanya mencari 1 piring saja? Mereka sampai hari ini tetap mencari 100. Mereka makan 1 tapi kita tidak bisa hitung berapa banyak yang mereka beri kepada orang lain. Yang perlu kita ingat, yang kita makan tetap 1 tapi tidak ada salahnya punya 100.
Lihat tukang sapu jalan. Mungkin cuma punya rumah sepetak hanya cukup makan dan menyekolahkan anak itupun berat sekali. Tapi, apa mereka tidak bekerja keras? Mereka bekerja, mungkin pagi sampai siang mengais jalan. Siang sampai malam berdagang. Tapi, rezekinya memang sampai disana.
Kalau rezeki dimaksudkan apa yang dimakan saja itu terlalu sempit. Apalagi mengartikan rezeki adalah kerja keras. Sedikit adalah rezeki, banyak juga rezeki.
Semua juga ingin menjadi kaya raya bergelimang harta punya jabatan atau kekuasaan plus dikaruniai keturunaan persis falsafah orang batak hamoraon, hagabeon dan hasangapon. Tapi, cara menempuh 3 falsafah ini harus lah baik. Jangan ujug ujug kaya raya, ujug ujug berkuasa.
Comments
Post a Comment