Resolusi? Ekspektasi VS Tujuan

2021 udah dipenghujung ya. Berasa sekali tahun ini hari hari lewat depan jidat. Bagaimana? Makin seru apa makin biasa saja? Apapun itu semoga ada terus yang bisa dijadikan bahan bakar buat menjalani hari hari kedepan ya. 

Nah, ini bisa dibilang lanjutan tulisan sebelumnya juga. Banyak amatsih kak tulisannya? Ngobrolin apa aja sih sampe bisa banyak begitu? Ini nih mau diceritain satu satu. Bisa saja sebenarnya hanya saya yang tahu sendiri. Tapi, rasanya cukup egois kalau menyimpannya hanya untuk diri sendiri. 

Kali ini ada hubungannya dengan tahun selanjutnya 2022 dan tahun ini 2021. Apa yang kebayang kalau menuju pergantian tahun? Resolusi. Benar, kalau ada yang membayangkan hal lain juga bisa jadi benar. 

Kenapa harus dibicarain sih kak? Iya harus. Karena ini ditanya berulang ulang. 

El, apa yang mau kau lakukan siap ini?  ATAU El pengen apa siap ini?. 

Dan banyak pertanyaan lainnya yang tujuan dan jenisnya hampir sama. Pada beberapa yang berkesempatan buat bercerita langsung baik via media sosial ataupun lainnya beberapa waktu ini saya menjelaskan kalau saya tidak punya keinginan yang seperti dulu yang saya pernah lakukan. Ingin A,B, dan seterusnya. Saat ini cuma fokus melakukan apa yang bisa dilakukan. 

Beberapa protes karenaa mereka bilang itu tidak mungkin. Masa iya? Kan seyogyanya punya plan a,b, dan seterusnya. Banyak sekali suara suara lain yang mengatakan ketidaksetujuan dan tidak percaya. 

Tapi, syukurnya saya selalu berusaha mengatakan bahwa saya punya alasan mengapa mengatakan bahwa saya tidak punya resolusi. Dan semoga alasan ini diterima dan kalau tidak merepotkan bisa diperhitungkan kembali 

1. Resolusi sebenarnya ekspektasi atau tujuan?. Saya baru menyadari kebanyakan resolusi yang saya ciptakan dari tahun ke tahun adalah ekspektasi yang kadang kala tidak ada tujuannya selain memuaskan keinginan pribadi. Tercapai? Kalau tercapai maka saya tidak ambil pusing namun, celakanya kalau tidak maka saya akan menyalahkan diri sendiri sampai waktu yang tidak bisa ditentukan yang akhirnya menghambat aktivitas lain

2. Manusia berencana tuhan berkehendak

Ini menjadi satu alasan paling kuat mengapa saya tidak ingin menjadikan keinginan saya sebagai keharusan. Karena terbiasa mengelola rencana demi rencana saya terkadang lalai akan beberapa hal. Ternasuk mengingatkan diri saya untuk menyandarkan segala hal pada yang Maha Punya.

3. Produktif atau Sibuk?

Hari hari kita fokus untuk sibuk dengan pikiran ? Atau produktif yang berwujud menjadi aktivitas nyata? Tentu ini dua hal yang berbeda. Maka kehadiran resolusi kadang menyibukkan kita secara pikiran namun, tidak mengaktifkan kita secara aktivitas. Bahkan kadang waktu istirahat kita gunakan untuk merenungi dan meratapi yang tak bisa kita capai. Capek? Tentu. Secara fisik dan mental kita dikendalikan.

4. Selesai dengan satu urusan maka kerjakan urusan yang lain

Fokus dan terus bergerak, itu yang selalu saya ingatkan  pada diri sendiri. Tidak perlu menjadi sangat besar, cukup terus bergerak dan berusaha melakukan yang terbaik. Pun, bagi yang menganut kepercayaan sebagai seorang muslim akan paham pada perintah ini. 

5.Detachment

Melepaskan yang sudah diikhtiarkan. Itu salah satu bentuk resolusi yang jauh lebih nyata. Setelah melaksanakan semua hal yang diupayakan, harapannya akan menembus hasil sesuai keinginan kita. Jadi kenapa sulit bagi kita mencapai sesuatu? Terkadang karena kita menggenggamnya terlalu erat. Biarkan keinginan, impian dan usaha yang kita lakukan menemui jalannya. Maka saat ia terjadi yang ada hanyalah syukur dan saat dia tidak kembali dalam bentuk yang kita inginkan maka yang timbul adalah kelegaan karena sudah berusaha sebaik mungkin. 

Tidak mempunyai resolusi bukan berarti tidak mempunyai tujuan. Tidak punya resolusi bisa jadi adalah upaya seseorang menjaga ekspektasinya. Merawat segala tujuannya dengan terus mengusahakan yang ia mampu sampai batas kemampuannya setiap harinya. Resolusi bukan alat, resolusi hanya gambaran. Dan semoga gambaran tadi tidak menjadikan penggambarnya lelah sebelum berjuang.