Ad Dhuha dan Bunuh Diri?

Bunuh diri lagi?
Kalau kalian baca postingan saya di tanggal 2 Desember lalu,  mungkin kita sudah membahas ya masalah terkait percobaaan bunuh diri. Yang pelakunya tetangga saya, she is still alive. Walaupun begitu sejarah tidak bisa dihapus, she had a memory about suicide.

Apa itu bunuh diri?
Daripada bertanya kenapa seseorang mencoba menghabiskan nyawanya. Lebih baik membahas apa sebenarnya bunuh diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bunuh diri pasti punya arti tersendiri. Tapi, kalau menurut saya bunuh diri itu upaya untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung menemui solusi menurut para pelaku. 

Bunuh diri sendiri punya arti mengerikan. Karena dianggap tidak menghargai hidup yang diberikan Allah. Benar, sangat benar kalau dalam konteks ketuhanan. Sebab manusia dasarnya juga diberikan kehidupan, manusia hanya menerima. Tidak memiliki hak preogratif untuk mengakhirinya. Namun, kreativitas tanpa batas manusia kadang membawanya pada hal hal yang tidak dianjurkan sama sekali.

Apa penyebab bunuh diri?
Jika bicara lagi tentang apa penyebab. Maka ini merujuk pada alasan orang orang dalam melakukan pembenaran tindakannya untuk melakukan bunuh diri. Kalau saya melihat secara langsung sebenarnya alasan orang orang bunuh diri adalah karena mereka merasa tidak punya solusi atas masalah yang mereka hadapi. 

Merasa tidak punya solusi dan merasa tidak ada yang bisa mengerti. Walaupun sebenarnya solusi terbentang luas dihadapan mereka, namun pada kondisi ini mereka butuh orang lain untuk meyakinkan bahwa mereka bisa melewati masalah tersebut dan mencari solusi. 

Kekhawatiran ini saya diskusikan secara kebetulan dengan salah seorang teman. Awalnya saya berdiskusi pada forum yang juga secara singkat saya ikuti, karena di waktu yaang hampir sama harus menyelesaikan tugas. Pada sesi diskusi itu saya membahas tentang perempuan dan segala problematik yang dihadapi. 

Tentu, sulit menjabarkan karena banyaknya masalah yang dihadapi. Namun, benang merahnya tentu ada. Pada forum tersebut saya mengatakan satu pesan yang semoga didengarkan. Sebab masalah tentu tidak akan pernah ada habisnya. Namun, satu pesan ini bisa menjadi senjata  untuk menghadapi segala masalah tersebut. 

Sebesar apapun masalah, tolong jangan berusaha sangat untuk memecahkan nya sendiri. Cari orang yang bisa membantu kita menjawab kegundahan itu. Satu saja, kita tidak perlu banyak. Terkadang karena dalam masalah kita cenderung tidak bisa menemukan solusi dari masalah yang kita terima. Saya tahu kalau kita punya Tuhan, ia kita punya Allah. Tapi, Allah juga meminta kita untuk berusaha menemukan solusi dengan ikhtiar. Dan bisa jadi ikhtiar kita adalah mencari orang untuk sama sama membicarakan sesuatu yang kita anggap sebagai masalah. 

Mungkin  orang menganggap bahwa perkataan saya kala itu terkesan biasa saja. Namun, dari dalam hati sebenarnya itu yang ingin saya bicarakan pada semua orang terutama perempuan. Bahwa kita tidak sendiri, masalah kita pasti bakal menemui solusi. 

Ternyata diskusi singkat dalam forum justru memantik diskusi yang jauh lebih panjang lagi. Selesai forum dibubarkan, teman saya yang punya kesempatan menjadi narasumber hari itu justru mengetikkan sebuah pesan terimakasih karena sudah hadir dalam diskusinya. Dan dia meminta waktu untuk diskusi lanjutan. Dan saya mengiyakan karena saya juga merasa ada yang belum tuntas. 

Mengalirlah cerita tentang diskusi sebelumnya. Ternyata hal yang beliau ingin ungkapkan masih banyak tersimpan. Tidak sama sekali dibongkar, saya harus berterimakasih atas diskusi tambahan ini. Beliau mengatakan satu ilmu baru lagi

Sebenarnya Rasulullah sendiri pernah bersedih atau galau. Saat itu berbuan bulan Rasul tidak mendapatkan wahyu dari Allah. Tapi, beliau tidak langsung mengutarakannya. Beliau mencoba datang kepada sahabat sahabatnya bertanya kira kira kenapa Allah belum memberikannya wahyu, apakah dia melakukan kesalahan dan sebagai macamnya. 

Bahkan seorang nabi pun mencari sahabatnya ketika menghadapi permasalahan yang dia sendiri tak memahami penyebabnya. Tapi, ditengah dia mencari jawaban justru Allah turunkan wahyu. Itulah surat Ad Dhuha.

Saya mendengar penjelasan panjang kali lebar itu mencari langsung surat yang dibicarakan. Ternyata benar, jika dibaca terjemahannya maka Allah berkata : "Tuhanmu tidak menginggalkanmu (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu". Disaat Rasul merasa Allah mengabaikannya, dan tidak ingin memberikan wahyu. Muhammad SAW merasa beliau dibenci Allah karena mungkin satu kesalahan. 

Benar mbak, betul yang mbak jelaskan didiskusi tadi. Minimal satu saja, kita wajib berikhtiar untuk masalah yang kita hadapi. Rasul saja mencari sahabat-sahabatnya. Apalagi kita manusia biasa. 

Tentu sahabat yang dimaksud adalah mereka yang bisa mengingatkan kita ketika kita bersalah dan mengajak kita pada kebaikan. Maka sebelum menghadapi masalah, pilihlah kawan atau teman yang sudi kiranya mendengarkan kita saat kita butuh pendengar. Sudi kiranya berbagi suka dan cerita. Tidak perlu banyak satu dua saja tapi cukup dalam segala situasi. 

Diskusi dua jam lebih itu mengantarkan kami pada kesimpulan fitrahnya manusia. Menghadapi suka dan duka. Namun, pada siapa kita menghabiskan suka dan duka tersebut sehingga bisa dilalui dengan baik. Itu yang kemudian menjadi pembeda. 

Wallahu'alam kebenaran milik Allah 
Baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, apalagi baik menurut orang lain bisa makin banyak versinya. Namun, apapun versinya dasarnya kembali kepada yang Maha Memiliki Hidup. 

Yang menulis masih banyak dosa dan mungkin akan dan bakal melakukan dosa selagi ia hidup. Namun, percayalah ini upaya mengurangi dosa tersebut.
Selamat beraktivitas, semoga tulisan ini bermanfaat bagi sesiapapun yang membaca

Comments

Popular Posts