Saat Kita (tidak) Baik-Baik Saja
Kita bisa hidup hari ini karena kasih sayangnya Allah. Itu mengapa manusia tidak boleh sombong walaupun cuma sedikit saja, ada saja gores disana artinya kita mencederai fungsi sebagai objek yang diciptakan. Namun, ada kalanya kita juga wajib paham. Tidak, semua orang mau menerapkan hakikat itu. Tidak sesuai ego begitulah kira-kira jawaban sederhananya.
Mungkin hati kecilnya ingin baik-baik saja, jiwanya ingin menolong dan sanubarinya menyukai kesederhanaan. Namun, siapa sangka zahirnya berbeda. Tak begitu paham darimana asalnya kesalahan itu, tapi sepertinya kita harus menyadari bahwa ketika kita membohongi orang lain sebetulnya kita terlebih dahulu telah membohongi diri kita sendiri, saat kita menyakiti orang lain sesungguhnya saat itu kita lah yang terlebih dahulu terluka.
Tapi siapa yang mau mendengarkan petuah itu. Tak begitu berguna saat masih ada ego yang harus diberi makan oleh sikap yang kurang baik. Biarlah, memang cepat atau lambat manusia akan belajar dan memahami kesalahannya. Namun, siapa yang bisa memastikan jika kita akan sadar saat setelah melakukannya. Bisa jadi justru tidak akan pernah ada waktu untuk itu. Tuhanlah, yang tahu.
Bergeraklah pada hal yang baik-baik. Karena tidak pernah sulit untuk jatuh, tapi akan terlalu sulit kembali bangkit. Cukup satu dorongan untuk jatuh, tapi untuk bangkit kita harus siap memulai sesuatu yang baru, membersihkan luka dan berjalan sedikit tertatih. Begitulah kondisi orang yang jatuh lalu bangkit.
Bukan pesimis atas kebangkitan dan perjalanan setelah jatuh. Tapi, kalau bisa tak terluka mengapa tidak? Jika mampu melewati jalan yang mulus, kenapa harus berliku hanya karena ego yang tak perlu? Hiduplah dengan baik-baik saja. Jangan sengaja menyakiti diri sendiri, jangan sengaja melukai pribadimu.
Susah melihat sesuatu yang konstruktif. Yang terlihat berkonsep lebih mudah dibawa pulang, padahal untuk bisa tersenyum prosesnya kebanyakan konstruktif. Kadang hanya dirimu sendiri yang tahu mengapa kau tertawa. Dan cuma dirimu sendiri juga yang tahu apa makna tangisan diwajahmu. Benar atau tidaknya, itu semua konstruktif. Orang-orang hanya memahami ketika kau tertawa artinya kau senang dan begitu sebaliknya.
Kamu dan saya, hari ini sesulit manapun tetap ingat. Jangan pernah dengan sengaja menyakiti dan melukai siapapun. Sebab, luka itu sebenarnya lebih besar ada pada diri kita. Kamu dan saya, besok ketika ada yang tidak sesuai mulailah saling mengingatkan. Tujuanmu dan saya mungkin berbeda, tapi dalam satu helaan nafas saya yakin. Tidak ada satu manusia pun dengan sengaja membohongi, melukai atau menyakiti orang lain. Tidak, saat dia benar-benar sadar.
Comments
Post a Comment