Teman Baik

Sore tadi ada mobil lain terparkir di depan rumah. Saya kira orang jauh atau saudara yang datang. Melepas sepatu dan kaos kaki saya melewati gudang lalu ke ruang tengah dan menuju ke arah ruang tamu untuk mengintip siapa yang datang. Rasanya yang datang saya kenal dengan baik. 

Ternyata benar. Dia teman Mamak, sudah sejak gadis menjadi teman karib begitu penuturan beliau. Padahal berdua saja plus dengan anak teman Mamak seorang perempuan persis seumuran ku, rasanya seperti sekampung. Riuh betul obrolan menuju petang itu. Berulang Mamak bercerita tentang beliau. Katanya sudah lama tidak berjumpa. Karena satu dan lain hal, bukan masalah tapi memang belum bertemu saja.

Dan tadi sore saya menjadi saksinya. Bahwa perjalanan dua sahabat karib bisa berbeda jauh. Namun, jika tidak saling menyalahkan maka segalanya akan terawat dan awet. Saya mengganti segala outfit yang saya gunakan. Berganti baju tidur dan membawa handuk, rencananya ingin mandi namun badan masih dibanjiri keringat. 

Duduk lah saya disana menjadi pendengar sekaligus ikut nimbrung. Mamak masih sama serunya dengan temannya itu. Kalau diceritakan kenakalan mereka mungkin persis remaja tanggung pada zamannya dulu. Lah saya hanya tergelak dan geleng-geleng. Setidaknya mereka tidak jahat kepada orang lain, begitulah pemakluman anak kecil ini. 

Mamak menceritakan rencana saya kedepan. Pun dengan temannya bercerita tentang rencana hidup anaknya, bah ternyata orangtua dimana-mana sama saja. Tak apalah, mungkin itu sesi iklan jika di dalam keseluruhan tontonan. Saya yang menjalani saja tidak sempat menceritakan kepada yang lain. Sampai-sampai saya dikira bersantai 24 jam dirumah. 

Betapa nyamannya hidup jika setiap naik-turunnya orang tidak menjadi keharusan bagi kita untuk mengikuti dan mengukur nya. Betapa tentram nya jiwa, jika saat berkumpul yang dibicarakan hal-hal seru dan lucu bukan tentang pencapaian melulu. Tak salah jika mereka berteman puluhan tahun. Tak setiap saat bertemu, namun sekalinya bersua seluruh cerita di dunia tumpah ruah. 

Menjadi seorang teman yang baik salah satu judul besar yang sulit untuk diterapkan. Saat banyak proses yang dilalui oleh kita tanpanya, saat beribu cara yang ia lewati tanpa kita. Kesemuanya bukan menjadi pembeda, itu hanya cara bagaimana kita hidup. Bukan bagaimana kita berteman baik. 

Teman baik tentu tahu, hal-hal prinsipal yang tidak bisa diubah pada diri seorang teman. Jika tidak merugikan dan melenceng dari ketentuan agama dan norma, mereka bebas menentukan jalan hidupnya. Jika memang ia nyaman dengan pakaian baru setiap bulan. Tentu kita sebagai teman tak dapat merubah kebiasaan mendasar itu. 

Kita hanya perlu terus berada pada apa apa yang kita yakini. Tanpa, mengusik keyakinan orang. Berteman baik, tentu adalah proses seleksi alam lainnya. Yang jika bertahan itu artinya karena sudah melewati serangkaian hal yang tidak bisa diremehkan. Menghormati dan menerima perbedaan adalah mutlak menjadi amunisinya. 

Panjang umur pertemanan baik tanpa memaksakan prinsip masing-masing. Kita berteman bukan untuk mencari perbedaan tetapi menerima keberagaman. Saat teman terjatuh yang perlu kita ingat adalah mungkin memang saat itu dia harus jatuh, pun ketika mereka diatas. 

Ingat lagi mengapa dulu kita menjadikan nya teman, apakah itu tidak cukup untuk kita bertahan?. Selayaknya kehidupan, begitu banyak pertimbangan memang dibutuhkan untuk mempertahankan sebuah hubungan. Baik buruk saja berdampingan, apalagi kita manusia yang masih membutuhkan orang lain sebagai teman. 

Teman yang baik adalah rezeki. Bertemanlah dengan mereka yang baik-baik. Yang bisa menjadi pengingat saat lalai, penghibur saat gundah dan penyelaras saat harus tetap waras. Teman, bukan orang yang tidak pernah salah. Teman ialah diri kita sendiri. Yang masih dan akan mungkin melakukan kesalahan. Tapi, masih tetap punya alasan untuk tetap bertahan dan saling memberi kekuatan. 

Comments

Post a Comment

Popular Posts