Jatuh Bangun Aku Mengejarmu

Saya tidak tahu pasti ini percobaan yang keberapa sepanjang saya hidup. Yang pasti ini penantian yang sangat lama. Jatuh nya jangan diragukan, bangkitnya juga tertatih tatih. Setiap hari meragukan diri sendiri dan setiap hari pula keyakinan itu bertambah. Hingga sampai pada hari ini, dimana segalanya baru saja dimulai. 

2020 merupakan tahun berat bagi hampir semua orang di dunia. Pertama karena wabah kedua karena tidak pernah menyangka akan menghadapi hal itu dan ketiga minimnya kesiapan. Who knows this will be so hard?. Tidak ada yang pernah menyangka. Wabah datang dan segalanya menjadi tidak stabil. 

Pun dengan saya, ikut menjadi satu dari orang-orang yang merasakan dampak itu. Long story short, pokoknya segala daya dan upaya telah dikerahkan. Segala upaya aka menyiapkan semua amunisi yang diperlukan. Tapi, namanya juga belum ya akhirnya harus tertunda. Marah, sedih, takut semuanya ada beberapa waktu itu. 

Tapi, memang dasar anaknya ngeyel ya tetap aja getol memperjuangkan yang harusnya diperjuangkan. Entah berapa banyak pertanyaan yang datang dari orang terdekat tentang mau apa dan bagaimana kedepan. Tentu, semua punya rencananya tapi tak semua langsung ada jawabannya. Saya paham akan kepedulian yang besar itu, dan pengharapan yang tentu sama besarnya akan diri saya yang bukan siapa-siapa ini. 

Namun, dasarnya memang lagi di titik terbawah ya apa-apa sudah diterima saat itu. Jadilah, malas membangun komunikasi. Bahkan hampir tidak mau sama sekali, saking bad temper nya waktu itu. Mamak akhirnya paham kalau ini jalan hidup yang saya pilih dan akhirnya mendukung keputusan itu. Dan tentu segalanya tidak semudah saya menuliskannya. 

2020. Hampir tiada hari tanpa perdebatan alot tentang apa yang ingin saya lakukan untuk kedepan. Mengingat saya perempuan, segala sesuatu harus dipertimbangkan. Usia sekian harus menikah, usia sekian harus memiliki anak. Tapi, pelan-pelan saya bernegosiasi pada beliau, ibu saya. Bahwa tenggat waktu itu tidak ada, tiap orang beda waktu nya. 

Benar betul apa isi buku Pak Rhenald Kasali. Negosiasi paling sulit adalah dengan orang tua. Bukan main payahnya, salah sedikit taruhannya sumpah serapah. Kita sebagai anak hanya mampu berdo'a agar Allah melunakkan hatinya dan panjangkan umurnya. Biarlah seumur hidup bernegosiasi asal mereka tetap di samping kita.

Negosiasi tidak dimenangkan oleh pihak manapun. Karena tujuan akhirnya adalah kebaikan bersama. Maka katakanlah ini Musyawarah. Setelah hampir satu tahun harus menunggu, dan enam bulan memperjuangkan segala kelengkapan amunisi. Akhirnya segalanya baru dimulai, saya bersyukur bukan karena saya mencapai nya. Saya bersyukur karena kali ini pilihan bukan berada ditangan satu orang tapi semua orang. 

Kenapa sulit sekali ini diterapkan kala itu. Itulah yang pernah terbersit. Namun, memang belum waktunya. Itu yang selalu saya ingatkan pada diri. Setiap orang beda waktu, tapi setiap waktu adalah baik jika itu berkaitan dengan impian dan kebermanfaatan. 

Capek? Jelas. Fisik tidak masalah, namun pergejolakan batin dan egosentris tak terelakkan. Sekejap yakin sekejap lagi ragu sampai ingin kembali ke belakang dan merelakan segalanya. Tapi, disitu keraguan datang, maka sebanyak itu juga manusia baik saya ajak bicara. Meminta nasehat dan semangat. Terimakasih kepada kalian yang sudah mendengarkan dan membantu perjalanan sulit ini. 

Walaupun banyak yang menyarankan saya menikah wkwk karena katanya sudah umurnya. Tapi masih banyak lagi yang percaya kalau saya bisa meraih apa yang saya mau. Karena menikah adalah kepastian layaknya kematian sedangkan meraih impian adalah hadiah bagi diri sendiri untuk melanjutkan hari-hari ke depan yang lebih baik. 

Setiap orang punya sesuatu yang membuat ia merasa lebih hidup. Apapun itu layak diperjuangkan. Menjadi apapun itu layak untuk dibanggakan. Sekecil apapun itu tetaplah impian. Harus percaya bahwa segalanya mungkin bagi siapa saja yang yakin. Dan jangan pernah meragukan nya apalagi merelakan nya begitu saja. 

Ini tentu adalah awal. Jangan ditanya berapa besar keyakinan saya. Bahkan sampai hari terakhir tes, saya masih diragukan oleh interviewer. Kamu yakin masuk kesini? Susah loh disini? Bayangkan. Sudah di depan pintu gebetan, eh emaknya datang bertanya. Kamu yakin? Keputusannya cuma ada dua masuk atau pergi dari rumah gebetan. 

Dengan kamu melangkahkan kaki ke dalam rumah gebetan menandakan kamu serius dengan anaknya. Walaupun tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutannya. Pun, begitu dengan saya. Berulang kali diingatkan kalau perjalanan ini tidak mudah. Bakal banyak hal yang tak terduga akam terjadi. Harus siap dan harus mampu. 

Siapa lagi yang percaya kalau bukan diri sendiri. Jatuh dan bangun nya pasti harus dilewati. Daripada menyesali saya memilih mengambil resiko besar ini. Masa muda tidak akan kembali. Impian akan terus menjadi impian jika tidak dijadikan kenyataan. Dan ia akan terus mengikutimu dalam setiap langkah, berat bukan jika tidak dipeluk erat? Maka begitulah saya. Memeluk nya erat dan menjadikannya teman akrab. 

Semoga Allah memberkahi langkah ini. Memberikan kebaikan pada setiap langkah. 
Anganku Anganmu, pasti kita kan mampu.

Comments

Popular Posts