Si Ndeso!
Sore ini aku dapat DM dari salah satu sobat karib kelas waktu kuliah dulu. Ecieh dulu, tua amat ya bahasanya. Pokok e, ini manusia yang menemani pertama langkah ku di kelas yang kurang asik itu. Baik, kurang asik disini penilaiannya subjektif.
Kawanku yang gak kalah baik ini sebenarnya sudah kuabaikan sejak lama. Karena ya alasan klise aku yang gak nyaman dikelas. Kalau harus jumpa di luar kelas sedikit sulit, karena kesibukan lain. She's good of course, lucu dan orang dari kampung kayak aku lah. Beda suku, karena dia Jawa dan aku ya Batak. Tapi, gila nya sama e.
Mungkin emang setiap orang ngalamin ini kali ya. Dalam kelas pasti ada geng cakep, geng biasa aja dan geng buluk. Nahhh, aku udah ketebak lah ya dimana, iya benar kalo kata kawanku kami buluk. Setelah ku ingat-ingat itusih ndeso namanya. Hahahaha
Geng cakep ini isinya, gadis-gadis SNI, kulit putih, idung mancung ya walaupun ada juga yang rada kurang mancung, gaya modis dan lain-lain. Udah kebayang? Baik. Kalau yang biasa, ya persis namanya gadis-gadis biasa gak terlalu modis dan gan ndeso juga kayak kami. Dan bisa ditebak geng buluk itu kami, mungkin karena semuanya beda-beda kota jadi keliatan ndeso beda dengan geng cakep dan biasanyang didominasi oleh anak asli kota tempat kami berkuliah. Padahal sih anak orang kaya gilakkkk.
Setelah sesi bilang rindu dan ngajak main kerumahnya. Dia membahas kelas kami, dan terbahas lah masalah buluk-buluk itu. Bah, bukan main lucunya. Aku sampe bangkit dari goler-goler menghilangkan rasa lelah ku karena membaca balasannya. Capek seharian hilang membacanya. Dulu sih kalo bahas ini pasti malas, bahkan gak mau membahasnya. Tapi, sekarang lucu e!
Buluk, wkwwk membaca kata itu langsung flashback kurang ajar sekali kejujurannya. Lucunya memang masa lalu gadak bedanya sama masa kini. Tongkrongan ku masih pinggir jalan, bukan karena ayam KFC kurang enak, hanya mungkin tadi persis kata teman ku. Kami ini ndeso! Bah! Mantap kali gelarannya.
Sesi protes nya tak kalah lucu, karena dulunya aku sibuk sendiri. Karena kelas reguler kurang asik, aku mencari kawan diluar kelas. Tak disangka, ternyata dia protes. Manalah aku tau, yang kutau kelas ku tidak asik. Atau aku yang gak asik? Hehehe. Tapi, dia tetap asik, teman seperjuangan ku. Maapkan aku yang jarang dikelas dan milih kelas lain.
Gambar 1.2 Maafkan aku yang bilang Jancok
Nah ada hal yang paling membekas. Ya, sesi photo satu kelas, aku sudah bayar sudah pake baju persis sama dengan mereka. Lah hp ku mati waktu itu karena baterai nya yang low. Alhasil aku ditinggal photo, mereka punya photo sekelas. Aku? Wkwkkw cuma dapat chat! Kau dimana? Dan aku tertawa di pinggir jalan karena susah payah menghidupkan hp ku yang akhirnya mati lagi setelah melihat pesan dan tak sempat membalas nya. Salah siapa? Katakan saja itu salahku.
Sedih? Mungkin sudah terbiasa akhirnya biasa saja. Kalau ditanya bagaimana masa kuliahnya? Seru abis rekk!!! Aku tak pernah menyesal jadi anak kampung. Walau pun bertabur mall di kota ku kuliah, cuma kantongku tak bisa terus menerus mendatanginya. Sebenarnya karena aku sih yang kurang suka. Toh buku yang kubeli harganya lebih mahal dari ayam KFC sekian kali lipat.
Jadi ndeso juga menyelamatkan ku dari life style yang bukan aku mbanget. Karena itu juga bisa ketemu orang-orang hebat dan mau berteman dengan si ndeso ini. Bisa melihat sisi positif dariku yang katanya sadis. Mengajari aku jadi manusia yang toleran dan bisa nahan diri buat gak menyangkal kalo lagi bicara.
Jadi ndeso juga mengantarkan aku pada posisi be yourself tapi bukan berarti egois dan tidak mau belajar buat lebih baik. Bahh!! Kukira aku sudah cukup gaul. Wkwkw ternyata ndeso! Dulu aku berpikir keras kenapa mereka gak mau berteman! Ternyata ada kelas sosial. Bah nasib!
Kelas sosial memang bakal tetap ada ya woy. Mau gimanapun kalian merubahnya gak bakal bisa. Karena itu sudah semacam sesuatu yang menempel. Tinggal, kita aja yang memilih dan mengenali siapa diri kita. Gapapa deh ndeso kalau memang kita nyaman nya begitu.
Geng cakep gak salah geng ndeso juga gak salah. Semuanya punya alasan sendiri kenapa bisa dalam satu lingkup beda-beda geng. Hahaha, untung aja gak menikmati kehidupan geng itu ya. Hanya numpang lewat. Lah! Tapi, aku dibilang ndeso.
Aku tidak merindukan orang-orang nya. Hanya merindukan momennya. Momen berusaha keras ikut photo eh malah gak ikut akhirnya dan dicurigai sekelas mueheheh. Momen aku masuk kelas dan duduk didepan tapi bagian pojok, karena ada dinding muehehhe. Momen bantuin kawan-kawan ngedit skripsi padahal di kelas gak akrab. Dan di sidang ku pada datang woeeee. Padahal aku ini bukan kawan yang baik.
Terimakasih teman-teman. Dimanapun berada, kalian itu ibarat lagu Tulus. Monokrom. Ini tulisan untuk kalian, ucapan terima kasih ku. Dan maaf kalau tidak menjadi teman yang baik. Semog kehidupan melunak ya terhadap kita.
Comments
Post a Comment