Love You!?

I Love The Way People Understand Love but I Love People More, When They Can Express it Well - Mahlian, 2021

Saya terlahir dari darah dan tanah air Indonesia asli tanpa campuran bahan asing. Saking aslinya, sekali lihat sudah barang tentu tidak semenarik manusia blasteran. Namun, syukur kepada Allah indikator menarik bisa dilihat dari banyak aspek. Sehingga selamat lah saya dari rasa insecure dan kawan-kawannya. Saya menarik, jika dan hanya jika dihadapkan dengan orang-orang yang menganggapnya demikian.

Saking aslinya lagi, jiwa-jiwa orang Indonesia nya terbawa sampai detik ini. Teman-teman terdekat mungkin mengenal saya sebagai pribadi yang jarang mengutarakan kata manis, memuji iya namun tidak untuk kata afirmasi seperti sayang, cinta dan sebagainya. Itu sebabnya hari ini ketika saya mengirimkan sebuah pesan yang teramat singkat respon mereka kebanyakan mempertanyakan, bukan menjawab. 

Adakah yang salah dari kata cinta yang saya kirimkan. Atau memang kita tidak terbiasa dengan kata kata seperti itu. Menurut hemat saya sebagai orang Indonesia, masih sungkan sekali mengatakan kata-kata saya sayang kamu dalam kehidupan sehari-hari. Karena konteks kata-kata itu biasa ditujukan hanya untuk pasangan saja. Orang-orang Indonesia tidak terlatih untuk memberikan kalimat pamungkas itu pada kesehariannya. 

Lihat saja bagaimana orangtua kita mendidik. Mereka mengatakan sayang dengan bahasa yang sulit dipahami, bahkan kadang butuh puluhan tahun untuk sekedar mengerti bahwa kita disayangi sebagai seorang anak. Sebab orangtua berpikir dengan memberikan penghidupan yang baik dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya adalah bahasa lain dari cinta itu sendiri. Namun, pemikiran seperti itu lazimnya datang pada anak yang sudah beranjak dewasa. Lalu bagaimana fase sebelumnya? Ya, anak-anak mempunyai pandangan masing-masing untuk menangkap bahasa cinta tersebut.

Saking Indonesia nya kita lagi, tak jarang kita mengutarakan cinta dengan kalimat-kalimat yang justru berkebalikan. Seperti ketika ibu kita memergoki kita sedang mandi di sebuah sungai besar. Sedaya upaya dia akan menyeret kita sambil menjewer daun telinga diikuti adegan dramatis dia yang sedang marah-marah dan mimik hampir menangis. Katanya semua tindakan itu karena ia mencintai kita lebih daripada apapun.

Akhirnya kita semakin semerawut untuk memahami dan mengekspresikan kata-kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Takut, jika mengungkapkan nya akan dianggap tidak serius dan palsu. Makanya kebanyakan orang memilih untuk menyimpan perkataan atau kalimat sayang dan sejenisnya hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Akhirnya tidak sedikit yang menyesal ketika tidak berkesempatan lagi menyampaikan sebaris kalimat itu.

Hari ini juga merupakan kali pertama  diri sendiri mengatakan satu kaimat itu. Diawal saya tahu ini akan membuat orang-orang terkejut atau mungkin risih. Tapi, saya harus siap dengan konsekuensi seseru itu. Kalau bukan sekarang kapan lagi kita punya kesempatan itu. Terimakasih untuk tweet Bude Sumiati yang penasaran kira-kira apa jawaban orang ketika kita mengatakan Love you selain Love you too. 

Akhirnya kita harus belajar untuk mengutarakan kata-kata baik. Dengan perkataan atau cara yang baik, dan tujuan yang baik. Jika ada yang salah antara perkataan dan pembuktian sungguh yang patut disalahkan bukan kata-kata nya tapi siapa yang mengatakannya. Kata-kata baik diciptakan untuk menyampaikan tujuan dengan baik. 

Spread Love and Peace.
Berasa Duta Perdamaian Dunia.
I Love You More than Words in this Whole World.

Comments

Popular Posts