Apaya?
Semoga tulisan ini selesai sebelum Maghrib dan seperti biasa aku belum mandi untuk sore ini. H-1 Ramadhan persiapan kalian sudah sampai mana? Baju lebaran? Cat rumah? Mukenah baru? Atau mungkin ada persiapan lain?. Masing-masing pasti punya rencana dan persiapan yang sudah dilakukan jauh hari sebelum Ramadhan datang ya.
Sebulan ini juga kami sekeluarga sibuk untuk menggeser beberapa lemari dari tempat lama ke tempat yang baru, menyesuaikan cat rumah dan ruangan-ruangan yang ada di dalam. Serba hectic kalau disamakan dengan macetnya ibu kota. Pada waktu-waktu libur dimulai dari Sabtu sampai Minggu dalam satu bulan ini saya harus membantu pengecatan rumah. Memperhatikan tebal tipisnya cat dinding dan memoles kembali sampai dirasa pas.
Namun, masalahnya bukan disana, masalahnya ada pada ketinggian rumah yang dua kali dari tinggi badan saya. Dasarnya memang sedikit kurang suka ketinggian dan harus mencat bagian yang tinggi mau tidak mau saya harus tetap naik, sebenarnya tidak ada masalah ketika saya berada diatas. Yang menjadi masalah ketika saya melihat kebawah, jelas ubin rumah terlihat sangat jauh belum lagi ditambah tangga tempat saya bertaut sedikit goyang.
Keringat saya mulai berdatangan padahal dari tadi tidak ada masalah sewaktu mencat bagian bawah. Saya mencoba berulang kali membuat kesepakatan dengan diri sendiri. Jangan lihat bawah cukup tatap dinding yang ingin di cat. Ternyata benar, masalahnya memang karena saya menatap ubin yang jauh dibawah saya. Khawatir bersentuhan dengan ubin tiba-tiba menjadikan saya tidak fokus. Walau tangga tempat saya berdiri tetap bergoyang namun saya terlepas dari masalah tatap menatap ubin.
Dinding akhirnya berhasil diamankan dengan memoles bagian yang kurang terkena cat. Cat yang saya gunakan juga sudah menipis nyaris habis. Akhirnya saya harus melihat lagi kebawah, tak apalah mau turun pikir saya. Lagi-lagi tangganya bergoyang, memang nasib baik saya bisa mendarat selamat.
Dalam hati sewaktu menghabiskan satu dua kuasan cat saya berpikir. Memang benar jika orang-orang mengatakan cukup bagi kita fokus pada hal yang ingin kita tuju. Sebaliknya orang yang jauh dan tidak mungkin untuk diraih niat tulusnya baiknya diabaikan. Terkadang kita terlalu takut kehilangan orang-orang yang sebenarnya tidak berkaitan sama sekali dengan masa depan kita. Dan justru mengabaikan orang-orang yang selama ini mendukung perjalanan kita. Melalui ups dan downs hanya karena orang-orang yang sama sekali tidak dekat apalagi mendukung.
Sore ini seorang teman eh bukan mungkin dua orang teman tiba-tiba menyambungkan video call dengan saya. Saya berpikir terlalu banyak tentang apakah itu hanya iseng atau memang kenginan mereka menghubungi saya. Harusnya saya hanya perlu mengangkat dan tidak perlu berpikir apakah mereka menghubungi saya karena mengingat saya atau hanya iseng saja. Saya dan kamu hanya perlu fokus pada hal baiknya saja. Walaupun kenyataannya tidak baik, harusnya itu tidak perlu merubah hari siapapun. Segalanya harus tetap baik-baik saja bukan?
Selamat berakhir pekan, kembali pada kenyataan tidak selalu buruk dan menakutkan. We take it as risk, human being.
Comments
Post a Comment