My Story Behind The Story

Pada kesempatan yang serba butuh kecepatan dan ketepatan seperti sekarang ini, saya dihadapkan pada sebuah kenyataan apakah terus bergerak dan mengambil resiko atau melewatkannya begitu saja. Saya bukan baru saja lepas dari almamater kampus dengan predikat sempurna karena perjuangan sampai akhir, faktanya banyak yang gugur di medan pertempuran dalam meraih gelar itu. Dan kabar baiknya lagi sebagai seorang anak perempuan sulung yang dituntut oleh banyak pertanyaan saya harus bangun dari mimpi yang tinggi dan mulai menyelesaikan nya satu per satu. Nyatahya berpendidikan tinggi tidak serta merta menjadikan kita bebas atas segalanya. Namun, bersyukurlah karena dengan proses itu setidaknya saya merdeka dalam berpikir. 

Masih harus bersyukur lagi karena walaupun tiket penerbangan menuju bandara Internasional di bulan Februari tahun lalu harus terbakar sia-sia Allah masih memberikan kesempatan di tempat lain. Berdasarkan surat edaran Covid-19 telah memasuki area Malaysia pada Februari 2020 lalu sedangkan Indonesia menyusul tepat di tanggal 2 Maret 2020. Masih ingin tetap berpikiran positif walaupun penerbangan gagal, saya mencoba memutar haluan mencari pendapatan dari mengajar Akuntansi dan bahasa Inggris untuk mahasiswa. Ini saya lakukan sejak semester tujuh hingga beberapa bulan pasca Covid-19. Tepat pada bulan Mei saya harus kembali ke kota asal dan bekerja di salah satu kantor Koperasi Dinas Usaha Kecil dan Menengah. 

Berbulan-bulan sebelum akhirnya bekerja di kantor itu saya mencoba menulis di blog yang sudah sejak 2012 lalu saya buat. Nyatanya akhir 2019 adalah awal saya dimana mencoba memberanikan menulis dan seperti didukung oleh keadaan pada 2020 saya terus melanjutkan tulisan itu tiap waktu karena keadaan yang terkesan mengisolasi semua orang dari semua tempat. Mengulik beberapa fakta di lapangan pasca wabah besar melanda dan pasca saya lulus dari almamater. Semua tampak tidak pernah mudah. Namun, sadar karena banyak orang yang masih jauh lebih bingung dari saya dalam melewati masa ini rasanya sedikit terbantu. Setidaknya saya masih bisa bekerja dan membeli buku yang saya mau. Sedangkan orang lain mungkin ada yang sampai tidak tahu besok makan dengan apalagi. 

Sejak menjadi mahasiswa saya terbiasa dengan banyak aktivitas akademik dan non akademik. Jelas tidak pernah terpikir bahwa setelah lulus akan sekosong itu. Beberapa waktu saya berkesempatan untuk mengikuti pertandingan di kampus dari akuntansi sampai debat. Namun, seperti mendapatkan zona nya saya selalu menang dalam kompetisi debat dan pidato. Sedangkan Akuntansi hanya sebatas peserta. Mungkin karena kurang keras perjuangannya. Namun, masih saja dipercaya untuk menjadi mentor beberapa kelompok debat dan mengajar materi Akuntansi Dasar. 

Itu yang membuat saya yakin bahwa masih ada dan sangat banyak kesempatan di dunia ini. Orang-orang sering mengatakan bahwa saya berbakat dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dunia pendidikan sangat ramah kepada saya. Walaupun nilai saya tidak begitu mengagumkan, orang-orang sering berpendapat bahwa saya lebih besar daripada nilai itu. Walaupun pada dasarnya untuk menilai kemampuan seseorang tentu berdasarkan sebuah barometer yang jelas. Salah satunya adalah nilai yang berupa angka. 

Tentu sangat naif jika berlandaskan hal yang kurang seperti itu. Namun, saya yakin akan selalu ada kesempatan bagi mereka yang berjuang. Mungkin tiket penerbangan saya merelakan dirinya hangus. Paspor saya harus tergeletak sejak ia diciptakan. Dan rencana rencana yang disusun berubah seratus delapan puluh derajat. Tapi, semuanya bisa kembali tidak sekarang namun nanti, begitulah mantra yang selalu saya gumamkan setiap hari. Saya akan kesana tidak hari ini, mungkin besok tidak esok maka akan digantikan dengan yang lebih baik. Syaratnya saya harus mencoba. Dan kesempatan kali ini adalah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan yang bercokol di dalam sana. 


Comments

Popular Posts