Mereka yang Mengerti - Family ChitChat

Hi? Jam segini lagi pada ngapain kalian? Saya masih menunggu hujan reda karena Sabtu menjadi hari wajib untuk belanja ke pasar tradisional aka traditional market. Asik gak tuh? Dikasih bahasan pasar tradisional. Sabtu memang paling cocok untuk belanja kebutuhan selama seminggu kedepan. Tapi, hari ini kita tidak membahas pasar tradisional ya teman-teman. Bahasannya jauh beda nih. 

Kalau saja hujan tak turun mungkin tulisan ini hanya sampai di benak saya saja. Kalian tidak menjadi orang beruntung untuk bisa membacanya. Tapi, berterima kasih lah kepada Allah yang menurunkan hujan pagi ini. Jadi kalian menjadi orang beruntung tersebut, walaupun hanya membaca tulisan yang-entah- berguna atau tidak ini. 

Kemarin Mamak masuk ke kamar di tengah-tengah kami asik sendiri dengan aktivitas masing-masing. Membawa berita yang berguna untuk menjeda aktivitas kami. 

"Kalian tau tidak? Anak ibuk C hampir dibawa kabur sama lakik orang! Untung langsung dapat anaknya. Kalau tidak bakal dibawa lari."

Kami cuma menoleh dan ber oh ria. Seperti tidak terkejut itu akan terjadi. Kemarin yang sudah ada sekitar dua minggu-an kabar tentang seorang vokalis perempuan membuat geger seantero Indonesia karena diduga mempunyai hubungan dengan suami orang. Saya hanya berpikir, mungkin itu jadi referensi anak ibuk C dalam memilih sebuah hubungan. 

Obrolan kami panjang seputar itu tetapi bukan membahas kaburnya anak ibuk C. Kami membahas sulitnya menjaga anak perempuan. Beruntung nya malah Mamak punya anak perempuan, tiga.pula. Kemarin yang sudah lama itu Mamak sempat berang karena saya berkata tidak ingin punya anak perempuan. Mungkin dikira saya terlalu menyepelekan anak perempuan. 

Tapi, sama seperti argumen biasanya. Yang membuat Mamak marah kemudian beberapa bulan kemudian mendapatkan jawaban dari pernyataan anaknya ini. Jelas, mana mungkin sebagai perempuan saya menyepelekan perempuan lainnya. Maksud saya tidak ingin memiliki anak perempuan karena sulitnya menjaga seorang anak perempuan. Bukan karena anak perempuan tidak berharga.

Anak perempuan cenderung tidak rasional kalau sudah mengenal cinta-cintaan. Anak-anak perempuan lebih mudah menyalahkan ayah nya jika tidak bisa menjadi sosok yang mereka inginkan. Sedangkan anak laki-laki lebih mudah untuk melupakan hal-hal seperti itu sehingga tidak menjadikannya alasan mencari sosok lain diluar sana. Dan anak perempuan mengalami itu, yang mungkin tidak disadari secara langsung. 

Anak perempuan lebih mudah menceritakan. Ayahku seperti ini dan ibuku seperti itu. Sedang anak laki-laki jarang sekali kan menceritakan hal seperti itu? Itulah yang membentuk mereka. Sehingga mereka mudah menyalahkan keadaan dan mencari pelampiasan di luar sana. Mengatasnamakan cinta orang luar sebagai sesuatu yang mereka cari dan butuhkan. 

Anak-anak itu tidak bersalah sepenuhnya. Mereka hanya terbentuk dari rasa yang potongan puzzle nya kurang lengkap. Dan sayangnya mereka juga tidak belajar untuk mengurangi kecewa itu dengan menjadikan dirinya lebih baik. Anak-anak perempuan lupa bahwa bagaimana pun cueknya seorang ayah, mereka akan lebih menyayangi anaknya daripada orang lain walaupun caranya tidak terlihat. Tidak semua ayah begitu? Iya memang akan selalu ada orang yang berbeda dari kebanyakan. 

Tapi, percayalah anak-anak perempuan. Walaupun Ayah dan ibu kita tidak mahir dalam menyampaikan perasaannya. Mereka jauh lebih mengerti dibandingkan siapapun. Tetaplah berdebat dengan mereka, tapi jangan sampai merahasiakan hal yang membuat nama mereka buruk. Tidak apa berdebat jika memang dibutuhkan, karena besok atau bahkan lima menit setelahnya mereka akan mengajakmu makan bersama. Tetaplah ingat marahnya mereka tak sama seperti orang lain. Mereka akan menjadi orang yang lebih dahulu berbicara padamu. Walaupun mereka baru saja memarahi mu habis-habisan. 

Allah selalu punya cara unik untuk memberikan kesan pada setiap posisi dalam hidup kita. Saat ini kita menjadi anak, maka belajar lah menjadi anak yang sedikit bandel namun tetap menghabiskan waktu tertawa bersama orangtua. Mereka memang masih belajar, dan begitu juga dengan kita. 

Saya bahkan masih sangat-sangat menunggu waktu-waktu dimana Ayak dan Mamak saya mendebat saya dengan banyak pertanyaan dan pernyataan. Itu adalah momen yang paling seru menurut saya. Mamak dan Ayak saya akan tetap begitu, kalaupun berubah bukan karena saya. Tapi, karena Allah yang menyadarkan. Saya hanya anak yang harus menjawab cerita-cerita mereka, tentang anak tetangga atau tentang berita di media massa. Sekali lagi saya menikmatinya. 

Hah sampai mana cerita ini? Sampai disini saja ya. Selamat pagi. Saya harus menemani Mamak saya belanja.

Comments

Popular Posts