The One
Mendengarkan kisah orang lain tentang bagaimana akhirnya memutuskan untuk mengakhiri masa pencariannya akan pujaan hati memberikan kepercayaan baru. Kepercayaan bahwa benar masih ada orang yang mencintai karakter tanpa melihat hal lain walaupun manusia tak pelik tetap menyukai hal yang indah dan cantik. Bahwa masih ada kisah klasik yang nyatanya memberikan inspirasi kepada orang lain.
"Apa yang buat Abang yakin kalau she's the one?" Kurang lebih begitulah pertanyaan yang kuajukan. Sebenarnya pertanyaan ini sudah kulontarkan pada beberapa orang yang sudah menikah dan responnya tentu beragam. Namun, siapa sangka jawaban kali ini membuat saya yang hanya menjadi pendengar ikut bahagia. Dan dia yang merespon ini tanpa sadar menampilkan senyum yang tak kunjung pudar.
"Cemana ya, dia itu lebih muda 5 tahun dari Abang. Dan ini sih yang Abang yakini, Abang yakin sama cinta pandangan pertama dan dia itu cinta pandangan pertama Abang. Kayak grup bola Abang pertama kali liat itu MU Yaudah sukanya MU. Terus, liat grup basket Boston Celtics yaudah langsung suka. Tapiiii, yang membuat lebih yakin nya itu bukan cuma karena pandangan pertama itu aja. Dia bisa merubah satu dua sifat yang kurang baik dari Abang. Dia juga kadang bisa ngambil sikap yang lebih dewasa padahal dia masih muda, hmm mungkin karena dia guru ya. Maksudnya ya gitu, selama kenal dia, rasa Abang banyak yang berubah dari Abang kalau dia gatau ya gimana ".
Saya mendengarkan persis sedang ujian listening waktu sekolah dulu. Mencatat baik-baik di dalam otak tentang apa-apa yang dikatakan biar tidak terlewat. Sebenarnya obrolan panjang yang kami lakukan kurang lebih di setengah jam sebelum waktu pulang adalah hal yang cenderung biasa. Sangat biasa, tapi entah mengapa justru menjadi hal yang istimewa menutup waktu office hours.
" Tapi bang kakak itu lumayan cantik kok. Cute lah menurutku walaupun dia sedikit berisi, tapi bisa gitu keliatan cute. Kok bisa dapat bang?"
" Itulah asal kau tau, awalnya pun dia jijik nengok Abang cuma udah Abang pelet hahaha. Bersyukur sebenarnya Abang punya fisik yang mungkin gak bagus bagus kali macam orang jadi apa ya istilahnya?" Fyi, pelet itu hanya guyonannya saja bukan hal yang sebenarnya.
" Jadi sadar diri dan gak banyak tingkah. Coba kalo ganteng beuhhhh entahlah"
"Haaa iya pas itu". Tawanya berderai-derai setelah mengakui kebenaran itu, sedangkan aku jauh lebih keras lagi karena tahu betul itu yang bakal terjadi kalo dia punya paras yang bagus menurut standar orang-orang. Akhirnya sore ini berakhir dengan satu lagu pengiring percakapan kami bertiga, kaca yang berdebu.
Comments
Post a Comment