Saban hari kita sibuk membicarakan perkara yang jelas di depan mata. Saban waktu kita mengeluh tentang perkara yang sudah ditentukan oleh sang pencipta. Entah itu latah yang tidak bisa diobati lagi, atau kecenderungan manusia biasa yang khawatir akan ketidakpastian tentang hidup. 

Dipojok-pojok yang menyebar di ruangan ini manusia kerap bercerita yang berujung keluh tentang siapa yang akan menjadi the one mereka di masa depan. Di luar dari gedung ini juga tak kalah riuh. Mencemaskan nasib orang yang umurnya masih 23 walaupun seorang perempuan. Niat hati ingin mengurus berkas malah ditodong dengan pernyataan sarkas. Sudah menikah? Oh belum. Tapi, untuk orang kampung itu sudah tua begitulah ucapan singkat nya. Haruskah saya mengatakan saya bukan orang kampung?

Tak henti disitu, sampai di tempat lain untuk mengurus berkas juga melakukan hal yang sama. Siapa namanya? tanya satpam itu sambil mesem-mesem. Oh..Kelahiran 97' est ya? Belum menikah? Kenapa manusia di tempat yang berbeda seakan-akan mempunyai kosa kata pertanyaan yang sama. Mungkin mereka satu klan pikir saya lamat-lamat. Padahal hari ini bukan berkas atas nama saya yang sedang diurus bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain. Tapi, kenapa semua sibuk menanyakan tentang saya.

Sejurus dengan itu saya sedang menikmati tontonan singkat aka web series hari ini. Begini bunyi ungkapan di awal dan akhir di film itu "menemukan tidak selalu dimulai dari mencari". Lagi-lagi film pendek itu sepakat dengan pemikiran lama saya dan persis kalimat yang selalu kuucapkan ketika satu dua orang bertanya kenapa belum dan kenapa-kenapa lainnya yang merujuk pada pertanyaan yang sama. 

Manusia manusia itu hanya kurang pemahaman sehingga memaksakan pemahamannya kepada orang lain yang baru mereka temui. Mereka mungkin ber-Tuhan hanya tidak mengetahui apa bagian yang diatas kuasa Tuhan dan mana atas kuasa manusia. Dan mereka lupa tidak ada yang berkuasa selain Allah. Satu-satu nya dan absolute sebagai pemegang kekuasaan. 

Belum berkas yang harus diurus bolak-balik belum pertanyaan orang-orang yang judul besarnya itu-itu saja. Dan jangan lupakan roti, susu dan air meneral yang sama sekali belum masuk ke dalam lambungku karena sibuk kesana sini mengurus birokrasi Indonesia yang super runyam. Manusia memang seajaib itu, tidak tahu menahu tentang kehidupan orang yang baru dijumpai. Alih-alih bertanya hal yang penting malah menjadi cenayang dadakan. 

Saya lapar pak! Ingin rasanya saya berteriak pada tiap tempat yang saya lewati. Tapi, semua tertahan dibalik masker yang saya gunakan ini. Syukur, justru selesai dengan urusan malah saya masih berterima kasih dan memasang senyum walaupun dibalik masker. Anak kota ini masih tahu sopan santun baru kali ini saya tidak bangga jadi anak kampung karena katanya umur 23 sudah dianggap tua kalau dikampung.

Walaupun urusan hari ini bukan atas nama saya setidaknya wajah saya tidak boleh semenyebalkan perkataan mereka. Saya terdidik, begitulah yang saya gunakan dalam hati. Sambil menunggu tempat terakhir berkas yang saya harus hantarkan, akhirnya kotak berisi roti dan minuman saya buka kemudian isinya saya jejalkan kedalam perut sambil mengingat-ingat perjalanan hari ini. Satu dua tetap memperhatikan saya di ruang tunggu, aneh ya? Ada manusia yang makan roti dan minum susu jam setengah dua belas begini. Iya, bagaimana lagi setidaknya dia menurut dibawa kemana-mana walaupun sudah tak dingin lagi karena pengapnya bagasi. 

Begitulah, manusia selalu khawatir dengan nasib orang lain, tapi lupa caranya berempati yang benar. Selesai dengan urusan yang satu maka bersegeralah lakukan urusan yang lain. Mungkin pedoman ini lupa mereka jalankan, sehingga repot repot mengurus pekerjaan orang lain. Dan lupa belajar lagi tentang ketetapan yang sudah ditentukan oleh Allah. Tidak akan bergerak satu rumput, kalau bukan izin Allah. Apalagi sekelas jodoh dan kawin yang terus dibahas, bapak-bapak itu perjalanannya sampai mana ya? Kenapa kasihan sekali. 

Akhirnya saya selesai menuliskan ini diujung koridor ruang tunggu, roti dan susu belum habis. Sementara saya sudah mengantuk, hari ini masih banyak manusia masih menyebalkan, tapi mereka lah yang juga memberikan saya pelajaran. Besok siapa lagi yang bertingkah rese begitu. Semoga bertemu dengan manusia bar-bar biar tahu rasa. 

Akhirnya saya mengatakan kepada ibu saya setelah menyelesaikan segala administrasi 
"Mak, kita tinggal di Inggris aja yok?! Susah ngurus apa-apa disini?!"  
Mamak hanya diam dan memandangku dari atas kebawah
"Udah antarkan berkas ini !"

Comments

Popular Posts