Even though

Walaupun manusia itu punya kewajiban untuk menjadi makhluk sosial. Tapi, seorang manusia mutlak memiliki hak atas dirinya seratus persen selain dari pemilik aslinya, Allah.

Sebuah negara atau daerah memiliki budaya nya tersendiri. Termasuk dalam hal memilih langkah apa yang akan ditentukan dalam hidup seseorang. Menjadi apa dan bagaimana. Serta ramalan aneh yang menjadi momok bagi orang yang tidak ingin mengikuti serangkaian langkah aneh itu. 

Di dalam sebuah keluarga misalnya. Seseorang yang akan menghadapi nasib genting menjadi sasaran untuk anggota keluarga lainnya. Seakan orang-orang itu paham betul tentang nasib seseorang tadi. Mereka terkesan menjadi orang yang paling benar dalam memberikan penilaian. Tapi, paling tidak mau diberikan perlakuan yang sama jika berada di posisi itu. 

Saya termasuk orang yang tidak suka ikut campur tentang nasib seseorang yang sedang genting. Bukan karena tidak peduli, atau cuek dengan keadaan. Hanya saya sadar, sudah lebih dari banyak manusia lain yang menggantikan posisi saya untuk menjadi tim sok tahu. Belum lagi saya sadar betul posisi sok tahu itu tidak ada sumbangsih nyata nya sama sekali. Hanya bahasan sekali lewat untuk ditertawakan lalu hilang begitu saja.

Entah sudah mendarah daging sehingga sulit dihilangkan dari kebiasaan. Jika diingatkan semua berbondong-bondong langsung menyalahkan orang yang berada di ujung tanduk itu. Sebenarnya pembicaraan apa yang orang-orang itu inginkan?. Jika memang terkait hal penting kenapa harus menggunakan cara yang menjatuhkan seseorang. Apakah itu satu-satunya cara agar tema pembicaraan bisa sampai? 

Itu masih menjadi tanda tanya besar. Apakah benar ada figur keluarga? Atau keluarga hanya sekumpulan manusia yang dipaksa untuk saling memperhatikan namun, nyatanya dikemas dengan hal yang kurang baik. Merasa paling tahu dan merasa paling berkuasa atas kehidupan manusia manusia dalam satu kelompok yang sama. Jika ia, maka Tuhan tak salah untuk mengatakan jangan terlalu mencintai mereka yang ada di samping mu. Pada akhirnya semua akan pergi. Kamu akan tinggal bersama dengan banyak hal baik yang kamu lakukan. Bayangkan jika kamu mencintai mereka dengan amat sangat dalam. Keberlanjutan hidupmu mungkin hanya diisi dengan dongeng dan kenangan. 

Bukan, ini bukan anjuran untuk membenci orang lain. Ini hanya sebuah pengingat bahwa kamu punya kuasa atas pilihan hidupmu. Jangan biarkan orang lain mengambil interupsi di dalam nya. Mereka akan menunjukkan sikap alami, dengan marah dan mengolok-olok mu karena kamu tidak menerima perkataan mereka. Tapi, itu tidak lebih penting dibandingkan dirimu sendiri. Kamu harus bisa bertahan lebih lama tanpa merasa tertekan oleh pilihan semu dari orang-orang itu.

Siapapun mereka, mereka tidak pernah benar-benar menjadi dirimu. Berterima kasih kepada semua nya adalah kewajiban. Namun, tidak menerima ucapan semuanya adalah hak. Kamu dimanapun  kamu berada  posisi mu tidak akan pernah bisa diambil alih oleh siapapun jika bukan kamu yang mengizinkannya. Pada nyatanya mereka hanyalah orang yang memang harus ada di sekitar mu dalam setiap fase hidup . Begitulah perjanjian yang tertulis disana. 

Comments

Popular Posts