Kopi Darat
Selamat malam anak muda maafkan konten malam ini ya kalau kurang sesuai sama minat anda sekalian. Konten mendadak kadang memang membuat suka cita meningkat berkali lipat. Karena tak repot memikirkan mau menulis apa. Yang penting dapat bahan langsung bisa lepas landas.
Yang suka bahas cinta-cintaan mari merapat. Malam ini bakal bahas yang merah jambu. Walaupun penulis menyukai warna biru dengan segala jenis varian. Namun kali ini kita masuk ke ranah merah muda.
Jadi ceritanya dimulai ba'da Maghrib sebelum masuk waktu Isya. Seperti biasa semua merapat di dalam kamar. Long story short, alias singkat cerita nya kami membahas hal berbau religius. Bagaimana fenomena yang terjadi, Palestina dan Al Quds, daripada menyebutnya I*rael aku memilih Al Quds. Bani Israil kalau mau menyebut kaumnya, tidak ada selain itu.
Hingga harus masuk ke pembahasan tentang cinta. Sebenarnya kurang bijak untuk membahas hal besar begini. Apalagi yang bertanya seorang ibu kepada anaknya. Bagaimana mungkin anak yang dilahirkan menjawab pertanyaan ibu yang melahirkannya. Bisa, tapi mungkin sedikit kurang lazim di dunia perdongengan.
Malam ini Mamak tampak nekad bertanya. Cinta itu asalnya dari Allah kan? Tapi, tunggu dulu matanya tertuju pada yang sedang menulis ini. Walah ada-ada saja emak-emak ini. Menarik nafas saya mencoba menjabarkan apa yang sudah didapat selama ini.
"Iya Mak, cinta itu asalnya dari Allah. Tapi, cinta yang bagaimana dulu. Bisa dibilang dari Allah setelah melihat bagaimana eksekusi nya. Kalau baik berarti itu dari Allah kalau tidak, bisa dijawab sendiri lah itu cinta dari siapa"
Mamak kami terdiam, mungkin mencerna perkataan anaknya yang masih sok tahu tentang cinta. Bagaimana mungkin anak bawang menjawab soal cinta-cintaan. Pasti itu yang ada dipikiran ibu-ibu kalo melihat anaknya menjawab begitu.
"Maksudnya begini kalau cinta dari Allah itu gak bakal buat kita rugi. Tersesat, terus menggadaikan seluruh hidup. Merendahkan diri dihadapan makhluk. Cinta karena Allah itu susah dijelaskan tapi nyatanya ada."
"Terus kalau perempuan?" Aku paham maksud emak ku yang bagian ini. Maksudnya kalau perempuan suka dengan lawan jenisnya bagaimana eksekusi nya.
"Bilang suka atau cinta sama orang gadak istilah laki perempuan, semua punya kesempatan. Sah-sah aja lah memang itu fitrah, asal tak menuntun lebih dan tak melanjutkan hal-hal yang belum bisa dilanjutkan semua berhak. Tapi kan kadang kebanyakan tak bisa sampai disitu malah dilanjutkan ke hal yang tak terkendali. Lah wong Khadijah aja ngelamar Rasulullah lebih dulu"
Dua manusia lain menyimak dan ikut menganggukkan kepala. Ternyata ada yang gerak cepat menanggapi pernyataan yang kulontarkan.
"Lah Khadijah zaman sekarang lain modelnya. Ngajak kopi darat terus hahaha"
Kami akhirnya menutup pembicaraan tentang cinta-cintaan karena tawa berderai-derai. Banyak yang sudah kami bicarakan karena pandemi ini. Semua lebih punya waktu untuk berdiskusi. Dan Mamak juga tampaknya lebih terbuka karena satu dua informasi yang kami lontarkan.
Begitulah kalau Mamak sudah bertanya kepada anak-anak nya. Khususnya saya sebagai orang yang memang hobi nya suka nyerocos. Apalagi terkait hal penting yang harus diluruskan. Dulu Mamak sempat uring-uringan karena anak perempuannya tak diapeli seperti anak tetangga.
Menuduh yang bukan-bukan dan mengatakan saya terlalu ini dan itu. Tapi, segalanya butuh proses. Meyakinkan selama berpuluh jam selama beberapa bulan di masa pandemi ini jika ada waktu untuk nyantai sekedar menikmati jajanan. Bagaimana tingkah pola anak sekarang yang beda sama orang di zaman Mamak dulu.
Dulu cinta-cintaan pake surat dan radio. Sekarang seluler sudah di genggaman. Cinta pun semakin mudah. Kalau tidak terikat dan terikut bakal dikatain kuno. Kalau terikut dan akhirnya terikat jadinya bertentangan dengan banyak hal.
Akhirnya cerita cinta-cintaan ditutup karena dua kurcaci ingin pergi membeli pesanan Mamak. Sepertinya akan dilanjutkan di obrolan selanjutnya. Nanti akan saya kasih kalau ada dan cocok untuk dibahas.
Comments
Post a Comment