Another Peak Season
Belum habis masa pandemi disusul dengan drama banjir dan sungai meluap. Rasanya malah lebih dramatis lagi tahun ini. Persis kayak istilah sudah jatuh tertimpa tangga kalau mau lebih dramatis harus kelindas truk. Namun, situasi ini masih disikapi dengan baik. Walaupun banjir sedang membersamai, anak-anak tampak bahagia seakan menikmati momen dengan air tanpa kata perpisahan. Memakai topi dan kaca mata dilengkapi dengan bikini seadanya bekas dari baju tidur, ya dalaman serbaguna.
Mungkin mereka menganggap ini liburan tanpa harus mengikuti protokol kesehatan dan uang karcis masuk, halah gayanya persis pasar malam. Akhirnya mereka menikmati liburan sekolah sebenarnya, walaupun tak harus ke luar kota sebab kota lain deritanya juga hampir sama. Pagi hingga menuju malam jalanan penuh dengan anak-anak dan segala tingkahnya persis orang berlibur ke pantai. Air banjir kotor dan bercampur dengan air selokan meninabobokan mereka.
Kelihatannya lucu tapi, kenapa aku tidak ingin bergabung. Eh tukang sate mulai berkeliling, oh bukan itu saja ada tukang jual donat dan bakso. Walah liburan semakin lengkap. Apakabar bapak ibu? Jajanan anak mulai bertambah tapi penghasilan begitu-begitu saja. Bersyukurlah sedikit pak Bu, setidaknya anak-anak tak perlu dibawa keluar kota. Kalo mengingat ongkos nya bisa sampai satu jutaan untuk biaya makan, kendaraan, bensin dan sopir. Belum biaya masuk wahana permainan dan penginapan.
Tapi lihatlah anak-anak bahagia nya sama. Persis seperti liburan mahal bernilai jutaan. Tapi, jangan keseringan berendam di air selokan itu. Mereka akan jadi mudah lapar dan ingin menghabiskan makanan apa saja yang lewat dan jika tidak diberi malah justru seperti orang kesurupan. Air mulai masuk kerumah-rumah. Menemani akhir tahun ini, bukan lagi dengan kembang api. Tapi dengan rasa khawatir, sungai mana yang akan dijebol lagi.
Rasanya 2020 memang meninggalkan bekas yang amat dalam ya. Selamat tinggal ekspektasi dan mari menyambut realita. Kerjakan apa saja yang menghasilkan hal lebih pasti hari ini. Termasuk menikmati pagi tanpa harus memakai hijab didepan teras rumah, sebab tidak ada yang berlalu lalang seperti biasa karena banjir. Kalaupun ada kendaraan lewat suaranya pasti terdengar, karena air mengikuti. Ah mantap! Kapan lagi duduk di teras rumah sambil menulis tanpa memakai penutup kepala. Sepertinya aku menikmati banjir dengan versi yang berbeda dari anak-anak tetangga. Dan serunya sama!
Comments
Post a Comment