Why We HATE? (2)

Postingan tadi pagi terhitung kepagian buat ditulis. Ini kemalaman amat. Ibaratnya kalo ilmu marketing jam segini tulisan di produksi siapa yang bakal jadi konsumen. Tapi, yaudahlah ya tujuan menulis kan yang utama untuk diri sendiri. Kalau berguna untuk orang lain ya Alhamdulillah. Kalau tidak ya syukurilah. 

Ada ya gitu ngelihat wajah orang tapi mualnya berasa riil. Segitunya ya sampe mual dan terpatri untuk tidak melihat orang itu dengan kondisi apapun. Seakan menutup akses rapat-rapat. Sebab baunya saja tak ingin tercium walau hanya sepersekian detik. 

Rasa-rasanya sikap dan respon tiba-tiba itu kurang enak untuk dilakukan. Tapi, entah mengapa itu diluar kendali. Saat melihat gambaran wajah itu walaupun tak membukanya secara langsung bisa mengerti kalau dialah orangnya. Jelas itu bukan hal yang baik kalau dipikir-pikir. 

Suka atau tidak harusnya tak segamblang itu terlihat. Harusnya tetap bisa menjadi biasa saja. Namun, disitu letak sisi manusiawi nya. Merasa benci dan tidak suka. Tapi, tidak adil rasanya jika kita saja yang terganggu. Sedangkan si pemilik jiwa disana merasa baik-baik saja. Harusnya kita harus jauh lebih baik baik saja. Sebab kita tidak mengilhaminya untuk hadir di hidup kita. Walaupun itu hanya bayangannya saja .

Comments

Popular Posts