People, Why Me?
Kalau ditanya hobinya apa? Orang lain mungkin nebak, membaca atau menulis. Padahal sebenarnya hobi saya tidur. Percaya nggak, kalau saya baca buku sekian lembar terus tidur nya bisa berjam-jam. Makanya dihindari sekali posisi membaca sambil tiduran, itu gausah nunggu satu jam udah bakal tertutup sendiri bukunya.
Tidur itu termasuk hal yang paling gampang plus cara mengistirahatkan tubuh dan otak terampuh. Walaupun kadang di dalam tidur masih saja dibuat repot sama mimpi. Tapi, kalau sudah dihadapkan dengan satu kesibukan atau satu hal yang harus dikerjakan justru mata bisa diajak kerjasama. Artinya tidak seperti biasanya, mata bisa diajak kompromi untuk tidur hanya 3-4 jam sehari.
Karena ada beberapa hal yang justru kalau dibawa tidur malah semakin merepotkan. Atau menjadikan kualitas tidur kurang baik. Salah satunya kemarin, tidur malam tadi menjadi tidur yang kurang berkualitas. Sampai jam tujuh tiga puluh satu ini harusnya aku sudah mandi dan pergi tapi karena ada yang mengganggu pikiran baiknya dituntaskan.
Saya bangun dari pagi dan mencari jawaban kenapa saya merasa kurang enak sejak pagi dini hari. Bahkan sejak malam oh tidak sebelum malam tepatnya setelah sesi curhat colongan itu. Hal yang sebenarnya paling malas kulakukan itu adalah sesi curhat. It's better for me to talk about movie and everything. Tapi, jangan curhat.
Jenis curhat ini bisa beda-beda. Ada yang di mode easy medium sampai ke difficult. Nah, posisi difficult ini yang mempengaruhi kadang-kadang. Saat kejadian yang diceritakan sudah berlalu tapi efeknya masih sampai sekarang. Salah satunya dengan menceritakan kepada orang lain. People why me?! Kenapa harus saya yang mendengar cerita itu.
Dan efeknya sampai kebawa sampai ke kualitas tidur. Yang mungkin orang yang curhat sudah lupakan lantas dia bisa tidur nyenyak. Kepada yang mau curhat tolong jangan selipkan kata kata yang kamu sendiri tidak bisa pertanggungjawabkan.
"Aku ngelakuin itu, tapi kau jangan sampek ya!"
Itu skenario yang sudah kuduga tapi, kenapa orang-orang masih saja tega mengucapkan itu. Kenapa kalian bisa saya tidak? Begitulah egoisnya manusia. Saya lebih senang mengganti kalimat itu dengan.
" Saya makan cabe caplak dan pedasnya sampai harus ke klinik. Kalau kalian mau coba sediakan biaya ke klinik atau minimal obat pereda perih di lambung"
Saya tidak menyarankan orang untuk makan cabe caplak secara gamblang dan mengancam kenyamanan lambungnya. Tapi, saya sadar rasa penasaran manusia lebih dari segalanya. Maka, saya sudah memberitahu diawal apa yang harus disediakan nya dan apa dampaknya. Sehingga saya bertanggungjawab bukan hanya atas cerita yang saya lontarkan tapi juga atas rasa penasaran yang ditimbulkan dari cerita itu. Dan saya yakin, siapapun tidak akan mencobanya mengingat biaya yang mahal dan rasa sakit di lambung.
Jadilah saya tidak jadi pencurhat yang jahat, saya tetap bertanggung jawab atas seluruh cerita yang saya ungkapkan kepada lawan bicara. Akhirnya sudah mencapai batas maksimal untuk mengeluarkan segala muntahan disini, tujuh empat dua. Saatnya mandi.
Selamat Pagi
Jangan Lupa Sarapan dan Bersyukur
Comments
Post a Comment