Struggling
Hingga pukul 17.30 hari ini bahkan saya belum pasti akan mendapatkan tiket kereta Api keberangkatan terakhir atau tidak. Karena beberapa cara yang gagal ditempuh untuk mendapatkan tiket. Sedangkan besok saya harus kembali ke rutinitas biasa. Bayangkan seberapa besar kemungkinan saya berhasil menempuh perjalanan di pukul 19.00 WIB. Begini kira-kira gambaran menuju pulang hari ini.
Cara pertama membeli tiket di gerai retail. Selayaknya yang saya lakukan sebelum keberangkatan pertama. Sudah tentu saya akan mengira hal itu akan berhasil namun, siapa sangka gagal dengan percobaan berulang di tempat yang berbeda-beda. Dan yang menjaga gerai menyarankan untuk saya kembali nanti jam 5 sore setelah jaringan kembali. Siapa yang bisa menjamin jaringan kembali? No ones!
Karena cara pertama gagal maka masuk cara kedua, pembayaran lewat ATM. Dan lagi-lagi gagal karena ternyata pembayaran lewat ATM yang saya gunakan tidak tersedia. Di coba berulang kalipun tidak akan berhasil. Setidaknya itu sudah pukul setengah lima sore dan belum ada jawaban pasti dari keberangkatan terakhir.
Siapa sangka jawabannya ada pada teman saya yang menemani saya ke ATM tadi. Orang yang sama yang berhari-hari bersama saya selama di kota tempat saya beberapa hari ini. Akhirnya pemesanan diselesaikan oleh nya melalui E-Banking di ponselnya. Semudah itu ternyata setelah drama drama tadi? Semua pasti berkata. Kenapa gak dari tadi!
Tuhan, tentu hendak melihat sebesar mana perjuangan saya ingin kembali ke kota asal dengan usaha dan percobaan terakhir. Akhirnya saya mendapatkan tiket itu tepat dijam jam terakhir. Urusan tiket beres muncul masalah selanjutnya. Hujan tiba-tiba mengguyur sesaat sebelum pulang dari kunjungan kami ke toko buku yang hanya 15 menit itu. Akhirnya mau tak mau kami menunggu di salah satu gerai food and beverage sampai hujan reda.
Berapa banyak lagi pikir saya cara yang harus saya tempuh untuk pulang dengan tepat dan tidak ketinggalan kendaraan terakhir ini. Akhirnya hujan reda di 17.32 sesaat setelah minuman datang dengan obrolan yang masih terus berlanjut dan segera setelah itu gas kendaraan roda dua yang sudah disapa hujan ditancapkan. Artinya saya hanya punya waktu 1 jam lagi agar tidak ketinggalan kereta api.
Sekitar jam 18.00 kami sampai di kos, belum cukup rasanya struggling hari itu. Saya berusaha menukar outfit yang sedikit lembab karena sisa hujan yang kami tempuh. Akhirnya berusaha menukarnya dengan pakaian baru, 50 menit waktu yang tersisa saya memesan kendaraan menuju stasiun karena tak mungkin ditempuh dengan kendaraan roda dua sebab hujan lagi lagi turun tepat setelah kami sampai di kos. Terimakasih Tuhan setidaknya doa saya didengarkan untuk sampai kos paling tidak sebelum hujan datang mengguyur lagi.
Pemesanan kendaraan menuju stasiun berlangsung alot. Selama 10 menit padahal jaraknya dekat sekali dengan kos. Hampir saja pemesanan digagalkan karena Jam sudah menunjukkan pukul 18.20 artinya saya hanya punya waktu 40 menit lagi. Dan Voilaaa akhirnya maps menunjukkan kendaraan roda empat itu berjalan menuju titik yang ditentukan.
Tidak sampai disitu Tuhan ingin mencoba lagi saat saya menggunakan kaos kaki dan begitu membuka pintu dan melihat halaman depan kos yang dipenuhi genangan air hujan. Tidak ada pilihan, membuka kaos kaki sama dengan membuat orang lain menunggu dan menguras waktu. Akhirnya lautan air itu dilewati dengan kaos kaki yang akhirnya basah. Yah waktu dua menit begitu berharga saat itu.
Masuk kedalam mobil dengan koper berat dan ransel. Pintu tertutup saatnya membuka kaos basah. Mereka selesai dieksekusi dan mobil bergerak. Sampai didepan stasiun di 18.38 tiket belum di scan. Ada saja yang membantu ternyata kode yang saya masukkan salah. Kode tiket katanya 7 digit. Sementara yang saya masukkan belasan digit.
Bapak pengangkat barang di stasiun menghampiri saya yang berbaju serba hitam dan merah malam ini. Mencoba bertanya darimana saya memesan dan memberikan instruksi kurnag lebih dua menit dan akhirnya saya harus membuka situs pemesanan ulang untuk menemukan barcode. Barcode ketemu di menit ke 18.40.
Struggle nya belum juga selesai. Masih dihadapkan dengan surat kesehatan yang wajib dibawa selama Korona ini. Saat barcode sudah di scan dan terdengar bunyi "bip" surat diperiksa, dan akhirnya diterima. Memang surat masih menuju hari ketiga tapi tidak ada keterangan sampai kapan bisa digunakan. Jika ditolak maka otomatis aku harus kembali ke kos dan tidak jadi pulang hari ini. Tapi ternyata ketakutan sejak dua hari lalu tidak terbukti.
Kapan selesainya cerita ini. Belum selesai, gerbong yang harus saya tempati tepat di barisan pertama. Dan saya dengan enaknya turun ke ruang bawah tanah lalu naik lagi menuju lokasi gerbong ke 4
Karena sekilas saya melihat gerbong 5 di tiket. Ternyata bukan gerbong 5 tapi gerbong 1 nomor 5. Luar biasa sekali menyeret kaki dan koper menuju gerbong 1.
Akhirnya saya mendudukkan pantat di kursi sesuai tiket. Tepat dipukul 18.46, sungguh sangat dibutuhkan effort yang besar untuk perjalanan sederhana yang biasa saja. Tapi, begitulah mungkin Tuhan menunggu saya mengeluh dan memaki keadaan. Karena memang serba dramatis, namun saya yakin saya akan menempuh perjalanan ini.
Akhirnya saya menemukan bangku ini dengan keadaan selamat dan tidak ketinggalan. Jangan tanya berapa drama nya. Yang pasti, saya sudah duduk dan terlepas dari drama kaos kaki basah, atau indoapril yang kehilangan jaringan plus ATM yang tak punya aplikasi membayar tiket. Segalanya telah kalah digantikan dengan posisi tempat duduk yang masih harus saya tempuh sekitar 2 jam dari saya menulis dan total 5 jam dari keseluruhan perjalanan malam ini.
Comments
Post a Comment