Difficult but Could


Sulit tapi Bisa

    Ada beberapa chat yang masuk dari semalam hingga hari ini. Kalau dihubungkan antara satu dengan yang lain memiliki keterkaitan. Serangkaian tanya yang dihadapkan kepada saya sebagai orang yang menerima pertanyaan tersebut kadang memunculkan kekhawatiran tentang bagaimana menjawabnya dan bisakah jawaban itu mengantarkan orang lain pada jawaban yang mereka ingini.

    Ingin secara gamblang menolak berasumsi tentang pertanyaan mereka. Namun, saya sendiri paham posisi mereka yang membutuhkan jawaban atas hal yang bercokol di benak mereka. Tidak ingin menjawab terlalu kentara karena masing-masing kita pun masih tetap dihadapkan pada hal yang membingungkan dan tidak jelas gambarannya.

    Untuk sampai pada keadaan hari ini juga menjadi gambaran jelas bahwa kita bisa menghadapinya dan sampai pada akhirnya. Walaupun cara sampai kita berbeda-beda. Sulit tapi bisa. Itu yang selalu saya ingat baik-baik ketika menghadapi satu fenomena atau ketika dipaksa menghadapi fenomena orang lain dengan memposisikan diri sendiri sebagai penderita. Berbeda dengan ungkapan bisa tapi sulit. Sebesar manapun peluang untuk mendapatkan nya kalau kita merasa itu sulit maka tidak akan pernah bisa diraih. Termasuk meraih pemikiran yang tetap positif saat justru dihadapkan dengan kemungkinan serba tidak memungkinkan. 

    Bisakah saya menjadi sosok A? Bagaimana bisa menjadi sosok A? Mampukah saya melewatinya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mengisyaratkan hal yang sama tentang hal-hal yang letaknya di depan sana. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana hasilnya. Namun, saya belajar banyak hal dari bertemu dan bertanya hal yang sama kepada orang yang sudah mencapai hal yang saat ini masih belum saya capai. 

    Ternyata jawabannya sama. Mereka mengungkapkan hal yang sama dengan versi yang berbeda. Mereka bisa meraih hal yang ada pada mereka saat ini dengan proses usaha dan belajar yang tiada henti. Sebanyak pertanyaan itu muncul di benak mereka sebanyak itulah mereka belajar dan berusaha walaupun mereka tidak tahu pasti apa yang menyambut mereka di depan sana.

    Iseng saat itu saya menanyakan pada salah satu penerima beasiswa LPDP dari Kemenkeu tentang persiapan mendapatkan sertifikat resmi bahasa. "Berapa lama belajarnya kak?". Tau jawabannya seperti apa? "Bahkan sampai sekarang saya masih belajar. Belajar itukan tidak ada batas waktunya. Saya mempersiapkan diri untuk mengikuti test. Jika ditanya selama apa, jawabannya saya tidak ingat pasti. Secara waktu mungkin ada ukurannya 6 bulan tetapi kalo saya ingat lagi rasanya jauh sebelum itu saya sudah belajar. Proses 6 bulan itu proses yang resmi karena mengikuti Bimbingan". Disitu saya terpekur beberapa detik sampai saya sadar. Benar, tidak ada belajar yang selesai atau usai. Kita masih memberikan batasan pada hal-hal yang sifatnya tidak terbatas. Ilmu, apapun yang berkaitan tentang nya maka tak mungkin bisa dibatasi. 

    Tak heran jika ada pepatah yang mengatakan jika belajar itu dari buaian hingga akhir hayat. Sebab belajar adalah proses seumur hidup, jika belum bisa meraih sesuatu artinya ada proses belajar yang masih harus ditempuh atau ada proses yang masih belum tepat hingga sesuatu itu belum dapat dicapai. Sampai kapan? Sampai benar-benar diraih atau digantikan dengan hal yang lebih baik.

    Tak boleh mengeluh saat tak pernah ada peluh yang dikeluarkan. Pantang untuk menyerah saat tidak ada usaha yang pernah dicipta. Diragukan, dipertanyakan dan sebagainya akan terus berlangsung. Sampai nyawa terlepas dari raga. Pun akan tetap dipertanyakan keberadaan kita saat nyawa sudah tak dikandung badan namun, dengan dimensi dan cara yang berbeda. Sebab memang itu sudah menempel secara lahiriah persis ketika saat pertama ruh di titipkan ke jasad. 

    Mereka yang sudah meraih banyak hal diluar sana tentu sudah mengorbankan banyak hal pula. Sudah menginvestasikan dirinya dengan amat sangat serius untuk mencapainya. Lalu bagaimana mungkin mereka  tidak berhak atas hasilnya. Tentu mereka sangat berhak. Lalu lihat lagi kita beberapa kurun waktu kebelakang sudah seberapa besar investasi terhadap hal yang kita anggap sulit itu. Maka jawabannya sudah ketemu kan? 


Comments

Popular Posts