Want and Realize
Hari ini satu hal lagi yang perlu disadari. Tidak ada yang sia-sia di dalam kehidupan, mungkin hari ini kita tidak butuh kaos kaki karena cuaca yang panas dan kering lebih membutuhkan pakaian serba simple dan tidak menghalangi jalannya udara untuk menyentuh kulit. Tapi, bisa jadi besok atau esoknya lagi kita sangat membutuhkan kaos kaki itu. Mana kala hujan datang di tengah malam dan selimut tak mampu menutupi gigi yang bergemeletuk.
Kejadian itu memangkas dan menarik memori saya jauh ke kondisi saat masih berkutat dengan kehidupan sebagai mahasiswa. Saat itu yang terpikir adalah, aku harus memanfaatkan waktu dan tidak menyesal nantinya. Segala hal baik harus diusahakan walaupun hal buruk kadang menyertai. Minimal sebulan bisa baca 1 buku. Walaupun akhirnya molor, setelah tiga bulan baru bisa menghabiskannya. Berniat membeli 1 buku tiap bulan. Yang pada akhirnya berakhir ketika tiga bulan baru bisa beli 2 buku, itupun di bulan ketiga.
Hari ini hal-hal kecil itu membawa kenangan pada diri sendiri yang tak begitu mati-matian mengusahakan hal-hal itu. Orang-orang mungkin menganggap nya hal yang sungguh disayangkan karena mengingat harga buku yang tak pernah murah. Apalagi gratis, kecuali ada momen dimana bisa mendapatkan buku gratis. Entah seminar, ataupun di hari istimewa lainnya.
Buku-buku itu tidak semua langsung dibaca saat di beli. Apalagi yang dihadiahkan oleh orang lain, biasanya lebih sulit lagi untuk membacanya karena kadang tidak sesuai selera. Namun, sekarang lain halnya. Semua buku memiliki taste tersendiri karena keadaan yang mendukung. Entah karena Korona yang memaksa dan memaku aktivitas untuk mendapatkan buku dengan mudah, atau memang alokasi uang yang tak kunjung menemui tuannya.
Tapi, se-tak punya uangnya dulu. Ketika masuk ke rak-rak buku yang berjejer rasanya ada kekuatan magis yang memaksa untuk membawa minimal satu buku. Alhasil jajan seminggu harus terkuras plus uang belanja mingguan yang harus pandai-pandai dipangkas tanpa membuat kelaparan. Itulah perbedaan dulu dan sekarang.
Belum lagi setiap menggeret koper semua orang wajib dititipkan pesan. Jika berkunjung nanti dan ada bazar, tolong ya hubungi saya. Begitu lah pesan-pesan yang entah dengan siapa saja berhasil disampaikan dan mereka dengan baik hatinya mengingat itu sampai menghubungi saya kembali. Dan disitulah saya harus berfikir bagaimana cara mendapatkan buku-buku itu ketika informasi telah sampai.
Tak sedikit satu-dua dari buku-buku itu menemui Tuan nya yang lain. Karena kemurah hatian saat itu yang mengikhlaskan beberapa darinya harus menemukan tuan yang baru. Tak jarang juga terlupa dengan siapa-siapa saja mereka dipinjamkan sehingga tak kunjung kembali dan tsk mungkin dilaporkan ke kantor polisi.
Saya ingat betul salah satu ungkapan disebuah seminar.
"Tidak masalah membeli banyak buku dan tidak membacanya.
Yang menjadi masalah adalah ingin membaca buku tapi tidak ada yang ingin dibaca"
Disitu saya langsung bertepuk tangan saking setujunya. Karena ungkapan pertama sedang terjadi saat itu kepada diri sendiri. Sedangkan hari ini ungkapan keduanya sedang mendera.
Saat itu saya berpikir tidak akan mungkin mengalami kondisi kedua. Karena masih sangat banyak buku-buku saya yang bergelimpangan di rak buku yang belum terbaca. Tapi, saat ini rasanya semua mungkin. Saat semua sudah habis terbaca dan sudah tidak ada pilihan lain untuk selanjutnya. Hari ini semuanya menjadi mungkin. Kardus-kardus berisi buku-buku lama akhirnya terbuka lagi. Mencoba menggali dalamnya untuk mencari yang tersisa untuk dibaca sambil mengingat betapa hal-hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika sudah saatnya.
Comments
Post a Comment