Sibuk? Masa?!

Bagi tiap orang 24 jam dalam sehari bisa berarti macam-macam. Ada yang merasa cukup dengan 24 jam kehidupannya dalam sehari, dapat bersosialisasi dan memikirkan diri sendiri juga. Ada juga yang menganggap 24 jam dalam sehari masih jauh dari kata cukup bahkan untuk membalas sebuah pesan. Diantara dua pilihan tersebut dimanakah kita?

Sebagai seseorang yang mencoba menuliskan dua perspektif ini sebenarnya sedikit sulit untuk berada di posisi kedua sebab betapa sombongnya kita manusia yang terkadang acuh kepada lingkungan kita padahal sejatinya mereka membutuhkan kita. Bayangkan betapa angkuhnya diri kita sehingga sulit untuk diajak berbicara padahal Tuhan saja siap kapan saja dihubungi oleh kita. Lalu apa hak kita untuk mengabaikan orang-orang disekeliling kita?

Itu yang menjadi bahan pertimbangan sehingga rasanya cukup tidak masuk akal ketika seseorang hanya bisa membalas satu pesan satu minggu sekali. Padahal alat komunikasi berada di dekatnya 24 jam. Kita bisa menggunakan waktu setengah jam dari 24 jam kalau kita sebegitu sibuknya. Kita bisa menggunakan waktu menunggu sholat untuk tetap berkomunikasi. Setidaknya ada 5 waktu dalam sehari kita harus memberikan jeda sebagai wujud untuk bersyukur kepada Tuhan. Tidak bisakah kita seimbangkan dengan berbuat baik kepada sesama walau hanya 5 menit?

Kita tidak pernah tau kondisi yang menghimpit orang lain sehingga dia mencoba memberanikan diri untuk sekedar menghubungi kita. Apalah kita hanya manusia biasa yang dengan bangganya orang percayakan bisa menjawab permasalahan nya. Paling tidak menjawab kegundahannya walaupun tak selalu bisa membantu dengan jawaban kita. Tapi, kita dengan tak acuhnya membalas pesannya seminggu kemudian. Hanya karena kita sibuk dengan diri kita sendiri. Bayangkan bisa saja karena kecemasannya menunggu jawaban dari kita justru membuatnya putus asa dan menjadi tidak bisa melakukan apa-apa.

Kamu tidak perlu mengetik panjang lebar untuk menjawab kegelisahan nya jika sibuk. Kirimkan pesan suara jika itu lebih efektif dalam membantunya memecahkan masalahnya. Aku yakin dalam sekali jawab dengan pernyataan yang lengkap dia atau mereka akan paham. Tidak sampai menghabiskan waktu 24 jam mu bukan? Tapi, kamu masih saja belum lakukan itu. Sesibuk itukah kamu? Atau seabai itukan dirimu terhadap orang lain.

Namun, sialnya orang-orang seperti itu justru menuntut orang lain membalas pesannya dengan cepat. Menjawab pertanyaan nya dengan sigap. Namun, giliran tiba orang lain yang membutuhkannya jawabannya acuh tak acuh. 

"oh yaudah...kerjakan saja"
"Oh sabar ajalah"

Dan setelahnya menghilang lagi. Aku yakin kamu tidak begitu bukan? Kalau iya. Tolong usahakan untuk berubah perlahan. Karena sebenarnya perasaan manusia itu sama. Kalau hari ini kami ingin didengarkan boleh jadi besok bagian kamu yang harus mendengarkan. Jangan jadi manusia sibuk- yang sibuk sendiri. Temanmu, kerabatmu atau siapapun mereka yang bisa jadi mengenalmu sekalipun takkan mau mengenalmu jika caranya masih begitu. Jangan egois ya, karena bukan cuma kamu yang bisa begitu. Orang lain juga.

Comments

Popular Posts