Not-something-Orriented

Makin kesini orang-orang semakin aware dengan kesehatan mentalnya. Dan semakin cerdas untuk menanggapi segala jenis emosi yang dirinya sendiri hadapi dan emosi dari lingkungan sekitar nya berikan. Hal ini tentu menjadi tolak ukur betapa orang-orang sudah mulai memikirkan bagaimana bersikap lebih manusiawi untuk memanusiakan orang lain. 
Jika dahulu ada pertanyaan dari orang-orang tua yang harus dijawab karena faktor sopan santun kini tidak lagi wajib untuk dijawab dengan pernyataan. Ada kalanya cukup diam dan tersenyum untuk meninggalkan jejak yang jelas dan tak mengganggu  kita sebagai penerima pertanyaan dan mereka sebagai produsen pertanyaan tersebut.

Namun, ada kecenderungan baru yang diciptakan dari sikap aware tersebut yang justru membuat orang menjadi malas untuk sekedar berpendapat dan memberikan solusi. Kecenderungan ini adalah sikap individualisme yang ada dalam diri orang-orang tersebut. Ketika seseorang mencoba mengeluarkan apa yang menjadi keresahan dalam benaknya justru ia tidak mendapatkan respon yang semestinya. Orang cenderung malas untuk menanggapi dan malah mengungkapkan hal yang tidak semestinya. Terkesan singkat namun lebih baik untuk tidak diungkapkan.

Teman-teman menjadi tidak asik sebab mereka merasa jika keresahan harus dijawab dengan kepastian. Padahal sejatinya kepastian juga belum tentu pasti. Mereka menjadi terkesan something orriented padahal cukup menjadikan diri sebagai pendengar yang baik dan memposisikan diri sebagai penderita sudah menjadi satu bahasa tubuh kalau mereka sebagai pendengar respect terhadap permasalahan yang di hadapi penderita. Sewindu atau satu abad tidak menjadikan kualitas orang yang kita kenal akan menjadi meningkat. Ada kalanya orang yang baru ditemui justru dapat lebih berempati terhadap apa yang kita hadapi. 

Hal yang selanjutnya harus dilakukan adalah temukan orang-orang yang bisa berada di posisi anda baik itu senang ataupun dalam situasi kurang baik. Tidak harus berdurasi lama untuk menjadi orang lain. Cukup menjadikan rasa simpati yang menggiring kita menjadikan pribadi berempati di akhirnya. Dan apakah perlu membuang orang-orang lama di kehidupan? Tentu tidak. Mereka akan sangat diperlukan untuk proses pendewasaan diri. Menjadi lebih baik, tidak melakukan hal yang sama.

Mulailah menjadi orang yang memberikan solusi, bukan hanya basa-basi. Lima belas menit, jika kamu terlalu sibuk coba dengarkan dengan seksama apa yang menjadi keluhan mereka. Lalu berdiamlah sebentar, dan rasakan posisi itu. Maka solusi apa yang terdetak di benakmu mungkin itulah yang harus mereka lakukan sebagai orang yang mengalami masalah. Karena percayalah, tidak mungkin seseorang bisa berfikir jernih saat ia dalam masalah. Itu sebabnya dia datang padamu dan menceritakan keresahannya. Jika kamu saja yang dalam kondisi tidak mengalami itu tak mampu memberikan solusi, bayangkan bagaimana ia. 

Jika hanya kata "yang sabar ya" dia tidak akan perlu berlelah-lelah datang padamu. Jika hanya kata "yaudah kerjakan" dia tidak mungkin bersusah payah mengetikkan jarinya untuk mengetik pesan keresahan itu. Dan jika sudah tidak ada basa-basi mulailah curiga karena saat itu memang perlu diwaspadai. Mungkin, sudah mulai hilang kepercayaan bahkan untuk sekedar bertukar pikiran. Dan ketika masih ada yang bisa memberikan solusi tanpa menjadikan kamu sapi perah ambisinya artinya kamu harus bersyukur. Berterima kasihlah pada pembicaraan akhir dari permasalahan itu. Sebab semua orang mungkin bisa mendengar tapi belum tentu bisa jadi pendengar yang baik.


Selamat Jum'at malam semoga kehidupan hari ini diberkahi. 

Comments

Popular Posts