Kue Bawang dan Do'a

Mulai membuat postingan. Itu kalimat pertama ketika membuka halaman kosong ini. Sambil memangku se toples plastik kue bawang yang sudah hampir tandas dengan air dingin sebagai temannya. Masih belum tau apa yang akan menjadi bahan tulisan sampai saat tulisan ini dibuat, sedikit lama dari biasanya. Biasa ada bahan lalu digodok jadi tulisan. Kali ini belum ada bahan tapi sudah berani buka halaman kosong.

Kue bawang sedikit menghambat kinerja menulis karena harus bolak-balik mencomot satu-satu dan hal masuk ke mulut. Oh ya jadi sore tadi selepas nyuci piring di jalur Gaza niatnya gak mandi. Iya tempat nyuci piringnya kayak jalur Gaza. Berantakan dan bebatuan disana-sini membuat proses cuci mencuci menjadi lebih riweh. Itu karena lokasi dapur kotor lagi direnovasi sedemikian rupa jadi mau tak mau terjadilah huru-hara selama kurang lebih dua minggu ini. 

Debu-debu beterbangan, pasir dan batu-batu menempel di kaki. Semoga segera berakhir penderitaan yang tak biasa itu ya segera. Ngomongin soal kue bawang, btw kue bawang nya sudah tandas artinya menulis bakal lebih cepat. Oke, baiklah jadi sebenarnya apa yang kalian pernah fikirkan soal do'a? Dan sebenarnya kenapa kita harus  berdo'a?

Sudah lebih dari puluhan tahun kita berdo'a kira-kira selama berdo'a apa yang kita rasakan dan kenapa kita masih melakukannya? Sekarang saya berumur 23 tahun. Seingat saya, saya mulai berdo'a sejak di Taman Kanak-kanak setidaknya itu sekitar usia 5-6 tahun. Artinya saya sudah berdo'a selama 18 tahun sampai saat ini. 

Dulu saya berdo'a karena saya disuruh oleh guru. Mengangkat tangan dan menyebutkan mantra-mantra ajaib. Selama itu saya terus melakukannya tanpa mengerti kenapa saya harus berdo'a. Padahal tidak berdo'a pun saya tetap dibawakan donat dan uang jajan setiap harinya untuk sekolah saat itu. Itu saat usia saya 5. Anak 5 tahun tidak akan menganggap do'a sebagai sesuatu yang perlu difikirkan. 

Dan sekarang setelah 18 tahun saya kembali terfikir tentang itu. Saat menyuapkan nasi, ikan dan teman tambahan nya berupa kue bawang hari ini. Saya terfikir kenapa begitu tenang rasanya saat saya selesai berdo'a. Kenapa begitu tentram saat selesai bermunajat. Padahal itu sudah dilakukan dari kapan hari. 

Hari ini saya dipahamkan dengan satu kenyataan. Bahwa saya sudah paham sebenarnya kenapa saya berdo'a dari usia 5 atau bahkan sebelumnya. Namun, pemahamannya tentu berbeda. Ada yang bertambah tentang itu ada juga yang berganti seiring perjalanan waktu dari masa ke masa. Saat duduk di bangku TK setidaknya saya masih ingat beberapa kali saya berdo'a. Do'a itu masih menempel sampai sekarang di benak saya.

Selain do'a makan dan tidur, diluar dari do'a belajar dan sesudah belajar. Ada satu do'a yang saya pinta dan penuh harap saat itu. Do'a yang mungkin sama tulusnya ketika saya ingin makan dan sudah dihadapkan dengan donat di depan saya. Do'a yang sama leganya saat jam pulang sekolah. Yaitu do'a cepat dijemput. 

Pasti ada satu dua hari dalam sebulan dimana orangtua sedikit terlambat untuk menjemput anaknya karena satu dua alasan. Dan saat itu saya ingat dengan pasti saya berdo'a walaupun hanya di dalam hati.

"Ya Allah, Ayah mana... semoga Ayah cepat datang" 

Do'a yang sederhananya selalu saya rapatkan ketika satu persatu teman saya sudah pulang. Dengan tetap bermain seluncuran dan setelah bosan berganti ke ayunan begitu seterusnya dengan tatapan sesekali menuju gerbang sekolah saat itu.

Dan hari ini saya menarik benang merah diantara kedua do'a yang saya munajat kan. Mungkin do'a yang dulu dengan sekarang berbeda jauh. Dan harapan yang dipanjatkan juga sudah tak lagi sama. Tapi, ada satu kesamaan diantara mereka. Saat berdo'a ada kelegaan yang terjadi setelahnya, saat berdo'a ada ketenangan yang menjadi obat tersendiri. Alih-alih membutuhkan aktivitas lain untuk mengalihkan fikiran ternyata berdo'a lebih dari segalanya.

Ketika jatuh karena tersandung walaupun tak terucapkan dilisan kadang dalam hati kita pasti memanggil namaNya. Ketika kita terkejut secara otomatis keluar ucapan yang menunjukkan kita mengingatNya. Pada keadaan itu kita tidak sadar ternyata yang kita butuhkan hanyalah berdo'a. Saat dihadapkan dengan hal apapun di dalam hidup kita. 

Dan ketika memikirkan alasan kenapa kita harus berdo'a rasanya sudah sangat jelas. Karena, kita membutuhkan kekuatan yang ada di luar dari diri kita. Kita butuh diyakinkan saat sesuatu terjadi karena kehendak Nya. Kita perlu disadarkan bahwa dengan mengingatnya hati akan merasa tenang. Dan saat-saat itu terjadi sungguh kebesaran Allah tidak akan pernah usai. Akan selalu dan terus ada manusia-manusia yang menyebut namaNya tanpa henti. 

Comments

Popular Posts