Bertahan namun tak bisa menahan.

Kalaupun selesai satu dua halaman hari ini rasanya aku masih terlalu takut untuk menghadapi hari esok. Bukan karena tak percaya atas rezeki yang Tuhan titipkan hanya masih menebak apakah rezeki itu memang diberikan kepadaku atau masih harus tertahan karena sesuatu.
Tak banyak dan tak pernah bisa banyak berharap untuk keluar dari rasa percaya-dan-tidak percaya ini. Sampai kapan? Sampai semua pertanyaan dalam benak yang berkoar ini usai.

Tuhan, Aku tak bisa tenang namun, tak jua bisa meradang. Nun jauh disana ada hal yang tidak kutahu apa. Tapi, aku terlalu takut untuk menebak-nebak arah selanjutnya. Aku tak takut tentang badai didepannya. Yang kutakutkan adalah aku tak mampu bertahan atas badai yang kuciptakan sendiri. Badai yang kugenggam namun, tak dapat kulepas. Sebab aku bangga akannya diawal harusnya aku harus terus bangga hingga akhir nanti. 

Dalam banyak do'a yang terlontar, ada banyak semoga yang tak kunjung menjadi Aamiin. Banyak usaha yang terlalu sulit mendapatkan mantra Alhamdulillah. Tapi, sebagai insan yang percaya akan yang Esa, tiada salahnya untuk tetap bertahan meski tak benar-benar bisa menahan. Sebab tak baik jika berkeluh kesah selalu, Tuhan-tak-marah tapi, mungkin ia kan kurangkan berkah. Lalu untuk apa hidup jika kehilangan berkah hanya karena merasa susah. Himpitlah pundakku dengan beban aku akan titipkan pesan kepada Tuhan, bahwa kau tak lebih hebat dari-Nya. Datanglah maka Tuhanku-lah yang Maha Perkasa atas Segala yang diciptakan-Nya.

Comments

Popular Posts