Alarm Klasik

Selamat Pagi Pembaca 
Apakabar nya hari ini? Semoga masih dalam keadaan normal walaupun situasi sudah abnormal ya. Beruntung sekali pagi-pagi sudah mendapatkan inspirasi untuk membuat corat-coret yang sederhana untuk bisa dijadikan refleksi hari ini, besok dan mungkin beberapa tahun lagi. Jika ini relevan dengan apa yang kita hadapi tentunya. Jika pagi ini kamu tidak terlalu suka membukanya dengan sarapan, mungkin kamu bisa membukanya dengan olahraga sebentar atau menikmati akhir pekan dengan menonton siaran atau podcast kesukaan anda. Tapi, setelah pekerjaan rumah selesai ya, biar lebih santai. 

Biasanya kalau pagi teman-teman biasa dibangunkan dengan apa? Alarm? Suara Kokok Ayam? Atau Alarm alami dari seorang ibu-ibu yang terkenal di seluruh dunia? Kalau jawabannya sudah bisa bangun sendiri tanpa semua hal itu, artinya ada alarm otomatis dalam diri sendiri. Apapun jenis alarm nya pastikan alarm itu berbunyi dan membangunkanmu tanpa merusak harimu. Ingat pagi salah satu alasan apakah hari ini berakhir dengan baik atau tidak. 

Alarm yang masing-masing kita punya tak selamanya akan berbunyi. Apakah karena kehabisan baterai seperti pada weker atau ayam yang biasa berbunyi sudah masuk ke wajan penggorengan untuk dijadikan santapan lezat seisi rumah dan mungkin alarm khas ibu-ibu sudah tak disisi lagi persis seperti dahulu karena sudah berbeda rumah. Maka alarm otomatis yang ada di diri sendiri menjadi yang paling bisa diharapkan. Kita akan terbangun seakan-akan mendengar suara Kokok ayam, padahal ayamnya sudah tidak berdiri di kandangnya. Akhirnya mata mengerjapkan mata lalu membukanya sempurna persis saat ada suara dan tepukan dari seseorang, padahal tidak ada siapa-siapa. Alarm-alarm yang bekerja selama mereka bisa itu ternyata menjadi bukti bahwa mereka punya bagian penting dalam hidup kita.

Seminggu yang lalu atau setahun yang lalu itu adalah hal yang menyebalkan sekali, masih terkantuk-kantuk tapi dipaksa melipat selimut dan bergegas ke dapur untuk membasuh piring-piring yang nanti akan kotor lagi. Di pagi masih penuh dengan daun-daun berembun kamu dipaksa untuk membasahi kain basah untuk melewati ubin-ubin ruang tamu hingga teras rumah. Dan itu yang coba Alarm itu lakukan selama ini. Memaksamu-dan-memaksamu. Maka rasanya berat kalau harus memaksakan seseorang yang tidak pernah mencuci piring untuk melakukan hal itu. Sungguh berat jika selama hidupnya dia tidak pernah dituntut untuk itu. Semua itu akan asing dan tampak sukar baginya. 

Tidak heran jika ada yang tampak rajin sekali dan ada justru yang tampak tak tahu apa-apa. Padahal sebenarnya tidak ada yang seperti itu. Itu karena Alarm mereka berbeda, tentu waktu bangun dan setelah nya juga berbeda. Hebatnya kita ini semua terbentuk dari satu kesatuan alarm yang kemudian menuntut kita untuk bergerak dan menyelesaikan tugas-tugas itu. Bukan mahal-atau-tidaknya sebuah alarm. Tapi keras dan gigihnya sebagai alarm untuk terus memahat diri seseorang dari waktu ke waktu. Dan Alarm terbaik kita adalah lingkungan kita, Jam weker-ayam-Ibu. Semuanya menjadi satu seperti kendaraan yang menderu di jam sibuk ibukota. 

Berterima kasihlah dalam hati jika pagi ini kamu bisa membasuh dan membilas piring-piring kotor itu, ingat pertama kali kamu bisa mencuci piring? Sesungguhnya alarm itu yang mengajarkan kita bagaimana caranya. Apakah kamu lupa bagaimana bisa ketika bangun dan mencoba duduk di samping ranjang otomatis tanganmu melipat selimut dengan mata tertutup, sungguh itu karena jam weker tepat diatas nakas kamarmu. Dan kamu tak mungkin lupa saat membuka jendela dan menyampirkan kain penutupnya, itu karena kamu kesal mendengar suara si ayam dan kamu ingin melihat-mana-ayam yang berani mengganggu dinginnya selimut pagi ini. 

Alarm-alarm klasik itu ternyata menjadi alasan kita bisa paham akan banyak hal hari ini. Sedangkan Alarm hp seluler belum muncul saat itu. Alarm-alarm itu akan terus menemani kita, walaupun tak lagi sama bentuknya mungkin juga terganti dengan bentuk yang lain hari ini. 

Comments

Popular Posts