Curious #QuarterLifeCrisisChapter1

To be honest sebenarnya kita pasti pernah khawatir dengan beberapa hal yang sebenarnya kita gapernah atau belum alami? Dan pada akhirnya kenyataan kadang tak sesuai dengan apa yang kita bayangkan sebelumnya atau justru lebih buruk dari bayangan kita.

Mungkin beberapa dari kalian udah familiar dengan drama Korea baru baru ini yang lagi in di layar kaca Korea dan on going di sejumlah YouTube channel ala-ala di Indonesia. Yap! The World of The Married. Satu dari drama yang masuk golongan drama dengan hastag dramatis. 

Let see apa hubungannya sama Quarter Life Crisis? Menikah. Tepat sekali, sesuai dengan judulnya drama yang satu itu membahas tentang bagaimana kehidupan pasca menikah. Yang manisnya gak kayak madu TJ. 

Untuk penjelasan ilmiahnya tentang Quarter Life Crisis bakal menyusul setelah ini. Sejujurnya masalah Quarter Life Crisis alaminya dialami oleh semua orang namun, responnya berbeda tiap orang. Ketika pada fase ini banyak solusi yang ditawarkan oleh diri sendiri. Bayangkan bahayanya ketika kita mendiagnosa diri kita sendiri.

Ibaratkan kalau kita sekarang flu terus disusul sama batuk dan lemah kemudian lesu dan lunglai. Dengan kemampuan dari langit ketujuh kita memvonis kalau kita korban si-Covid.
Fatal bukan? Padahal alasan kita batuk, flu dkk itu justru karena kemarin kita terkena hujan kemudia kita begadang seminggu full. Wajar kan kalo sakit. 

Begitu juga dengan orang-orang yang ada di fase Quarter Life Crisis. Di Usia 20-an ketika tidak sedang produktif melakukan apapun akan masuk satu pemikiran toxic. Entah pemikiran itu alami muncul dari diri sendiri atau dipaksakan lingkungan. 

Pada masa ini pertanyaan akan muncul bak air bah. Tugas kita cuma satu jawab dan tanggung jawab atas jawaban itu sendiri. Kata pertama adalah Kata Kerja sedangkan kata kedua adalah kata benda. Apa perbedaannya?

Pada kata pertama kita bertugas untuk melakukan sesuatu. Menjawab pertanyaan orang-orang dengan sebijak dan se informatif mungkin. Agar tidak memicu pertanyaan yang diri kita mungkin belum inginkan. Sedangkan pada kata kedua,  pada setiap kata yg keluar harus ada tanggung jawab moral yg kita sampaikan, jangan protes ketika apa yg kita coba jawab justru menjadi menyerang diri kita sendiri. 

Eh kamu sudah wisuda?
Sudah. Bulan Sebelas Tahun Kemarin?
Oh iya?
Jurusan apa?
Akuntansi
Ohh berarti udah kerja lah?
Iya mengajar Akuntansi dan Bahasa Inggris
Kamu Akuntansi S.Pd atau SE Ak?
Saya Akuntansi S.Ak. Gelar baru 
Oh dulu SE Aja namanya
Oh begitu? Sekarang sudah beda

See? Pertanyaannya ada jawaban semua kan? Iya. Justru jawaban dari dirinya sendiri yg membuat dia terlihat tahu padahal sebenarnya tidak. Karena ketidaktahuan itu bahwa sekarang sudah tidak ada gelar SE Ak, atau justru ada tapi berbeda universitas akan berbeda pilihannya. Dan lihat tidak perlu capek-capek menjelaskan panjang lebar agar mereka terkesan atas diri kita dan pada akhirnya mereka akan memilih mundur untuk tidak bertanya lagi. Tugas kita adalah menjawab bukan membuat orang terkesan.

Begitu juga dengan jawaban atas satu permasalahan. Di Fase Quarter Life Crisis selain diminta untuk bijak dalam menentukan pilihan dan mengatur strategi kita juga diminta untuk bijak dan jujur dalam menjawab segala hal yg ditujukan kepada kita. Apapun jenis pertanyaan itu nantinya pasti ada jawaban besertanya.

Setidaknya dua permasalahan di Quarter Life Crisis Sudah terjawab bukan?. Pada fase yang tak kalah menarik seperti menikah juga ada jawabannya. Sekali lagi utamakan hal yang jujur.  

Umur berapa?
Masih 22 tahun. Tahun ini 23
Oh sudah usia menikah ya?
Haha. Di BKKBN malah 21 Buk
Lah apa itu BKKBN?
Itu yang KB KB itu buk
Ohhhhh 

Lihat lagi-lagi pertanyaan di tutup oleh jawaban dia sendiri. Lalu apa yang menjadikan kita takut dan tergesa-gesa dalam menjawabnya. 

Tugas kita hanya menjawab bukan membuat orang lain terkesan. Kalau akhirnya dia terkesan atau mereka terkesan itu adalah bonus. Bukan jadi tujuan utama.

Begitulah pada akhirnya ketika memilih menikah pastikan itu bukan karena ingin menumpang hidup kepada pasangan kita. Atau berfikir bahwa itu adalah solusi dari setiap permasalahan yang ada. Karena justru tak sedikit masalah timbul  pasca menikah. 

Apapun pilihan kita hari ini artinya kita pasti akan bertanggung jawab atasnya. Hebat atau tidak, kita yang tahu. Sesuai atau belum kita yang merasakan. 





Comments

Popular Posts