Harusnya Nestapa
Seringkali keterkejutan menjadikan hal normal menjadi rumit. Harusnya bisa sampai dalam waktu sepersekian detik justru malah tiba hingga berjam-jam. Jauh dari ekspektasi bukan? Jika anda termasuk didalamnya, selamat. Anda tidak sadar dalam keadaan sesadar-sadarnya. Kita sebut namanya shock atau dalam bahasa Indonesia, terkejut.
Seluruh dunia pasti mengamini bahwa semua orang siap dengan kemungkinan terbaik tapi menolak untuk menghadapi situasi terburuk. Sebab menangis menjemukan sedang tertawa membuat kecanduan.
Hingga wajar banyak yang menjadi terlunta-lunta dengan asa. Dan mengabaikan segalanya. Sungguh sulit untuk dikatakan, tapi begitulah adanya. Maka jika itu terjadi berikanlah jeda untuk diri kita. Sejenak mengingat bahwa apa yang baru saja terjadi memanglah nyata. Hingga ketika kita meraba hati, rasanya sakit hingga ke raga.
Tak ayal jika hati yang sedang gundah gulana, fisik menunjukkan bukti konkretnya. Sedang jika raga ambruk tidak seperti biasa, obatnya tak jauh dari tidur yang cukup dan asupan yang berarti. Sungguh mudah membedakan keduanya.
Lihat saja seorang tukang bangunan yang kerjanya dari pagi hingga petang menyusun bata ditengah terik matahari, di malam harinya tidur dengan lelap. Sedangkan seorang CEO dengan ruangan mewah dan kenyamanan extra justru terbangun saat memulai tidurnya.
Sebab luka hati sulit dibawa ke alam mimpi tetapi lelah sehari-hari bisa dituntaskan hanya dengan satu bantal dan kipas angin yang berhembus kesana kiri. Tapi, justru itulah tujuan akhirnya menemukan jawaban dari setiap pertanyaan. Walaupun tak segalanya butuh jawaban. Sebab ada hal-hal yang lebih baik kita tidak perlu tahu. Untuk menyelamatkan diri kita sendiri.
Akhirnya kita harus mengingat kembali. Suka-duka, tangis-tawa serupa benang yang berlilit. Hari ini bisa sangat bahagia besok dan besoknya harus bersiap jika menghadapi malang. Begitu juga sebaliknya. Segala apa yang ada di bumi adalah materi hidup yang kasat mata. Tetapi terkadang kita memilih menutup kedua mata dan menipu diri. Agar semua baik-baik saja. Padahal jika tidak baik pun tidak apa-apa. Wajar saja jika terjadi bukan suatu dosa besar yang harus disesali.
Hari ini kecewalah Jika memang harus kecewa. Bersedih lah jika mendapat hal bernama duka. Menangislah seperti layaknya manusia biasa yang menangis jika merasa gundah dihatinya. Tetapi, besok dan besoknya lagi semuanya tak boleh diulang, karena tujuan penciptaan manusia bukan untuk berduka tetapi beribadah kepadaNya.
Comments
Post a Comment