Bukan Abrakadabra
Begitulah hebatnya serentet kalimat yang jadi mantra penyemangat. Disuntikkan melalu rongga tak bercelah agar perlahan tapi pasti menginvasi organ terpenting untuk menjalankan roda hidup yang dimulai dari pagi dan berakhir di malam hari.
Di satu kali dua puluh empat jam apakah akan sama atau justru berbeda dan meninggalkan makna maka jawabannya ada pada tiap diri kita. Hari ini rupiah adalah mata uang. Dengan nya dijadikan satuan mutlak akan meningkat atau tidaknya taraf hidup. Sebab ia hidup pada benda bernama uang. Yang faktanya kemana-mana selalu kita genggam.
Tidak ada yang salah untuk satuan itu. Karena matematika menuntut realis setiap hal yang ada di bumi. Justru kita yang harus berlomba menjadikan nya acuan tapi bukan pedoman. Sehingga tak meletakkan dunia dihati tapi menggenggamnya erat ditangan. Sehingga ketika harus terlepas tiada kata sakit apalagi tak ikhlas.
Mudah bukan? Untuk menjadikan hidup tidak sebagai tawanan benda mati. Namun, hal-hal diluar dari kita tanpa sadar menuntut dan menyeret raga dan jiwa kita sebagai korban. Sehingga menjadikan kita tawanan benda mati yang sebenarnya kita ciptakan sendiri. Kitalah tuannya tapi justru kita tertawan olehnya.
Maka mantra terbaik untuk lepas dari tawanan bukan bimsalabim abrakadabra. Tapi tahu diri dan tetap belajar. Tidak ada mantra terbaik selain terus bergerak. Diatas sofa, dilajunya kendaraan, atau dimanapun berada tetap hidupkan mantra tersebut dengan melakukan hal-hal yang menyalakan bara semangat. Tidak ada alasan untuk padam, sebelum kembali keharibaan. Saat itu terjadi maka kita sudah siap untuk hidup yang harusnya penuh tanggungjawab.
Comments
Post a Comment