HikmaH.
Banyak yang berlalu banyak juga yang menetap. Menetap, tak selalu tentang orang yang masih tinggal dan dekat. Tapi, lebih besar daripada itu yaitu pelajaran yang kian hari kian melekat. Menjadi dasar hidup atau bahkan pedoman untuk menjalankan roda kehidupan selayaknya manusia ingin diperlakukan. Semua orang bisa melihat, punya dua mata. Sama sama berfungsi sebagai panca Indra yang siap untuk memperhatikan setiap waktunya. Selayaknya manusia yang punya mata, mereka pun masih dapat digolongkan kepada dua bagian. Pertama, orang yang punya mata bisa melihat dan hanya terbatas pada sisi melihat. Kedua, orang yang mempunyai mata mampu melihat dan mengambil hikmah dari setiap apa yang dilihat.
Orang dengan golongan pertama adalah orang kebanyakan. Menghabiskan hari dan sisa hidup dengan melihat apa yang hanya ingin dia lihat. Merasakan apa yang ingin dia rasakan ketika melihat sesuatu. Orang-orang ini tidak salah. Namun, pada akhirnya orang orang ini hanya menghabiskan jatah usia yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma dengan metode pakai suka-suka.
Manusia tipe kedua tugasnya justru lebih banyak, pergejolakan yang terus menerus dengan hati. Setiap melihat satu sisi yang salah, mata tugasnya berhenti sebatas untuk melihat namun fungsi lain ternyata mengambil bagian. Hati namanya, disana mereka mulai mengirimkan impuls yang sebenarnya tidak ingin dikirim satu sama lain. Namun, pada manusia ini respon itu terjadi alami dan mempengaruhi hari. Orang ini tidak ingin lelah, ketika ada yang salah inginnya hanya diam dan biarlah berlalu. Toh, orang-orang juga tidak peduli. Tapi, semakin ditolak justru semakin bergejolak. Maka tak jarang akhirnya mengambil tindakan untuk memperbaiki. Sehingga dihabiskanlah sisa hidupnya dengan melihat dan mendapatkan hikmah.
Seorang guru pernah mengatakan kepada saya
" Lakukan sebagaimana kau ingin diperlakukan. Berbuat baik sebagaimana kau ingin diperlakukan baik"
"Terkadang kita membenci sesuatu padahal itu baik untuk kita. Dan kita menyukai sesuatu padahal itu belum tentu bagus untuk kita ( Rujukan Q.S. Al Baqarah: 216)
Memang tidak nyaman pada posisi peduli dan pemerhati. Sewaktu-waktu akan menemui hambatan dalam diri sendiri. Menolak keras untuk tidak lewat batas. Tapi habis dirong-rong oleh hati sendiri. Pada akhirnya kata mata hati bukan jadi sekedar isapan jari. Memang benar adanya mendapat hikmah bukan pekerjaan mudah. Tapi, mereka yang sekarang duduk nyaman pada jabatan berpuluh tahun telah menelan kata ini dengan predikat menahun. Tak tanggung-tanggung, metode yang mereka praktikkan praktis memang bersumber dari mata dan atas kerjasama yang baik dengan hati. Sebab, bagaimana tidak sekarang mereka memimpin ribuan bahkan jutaan manusia dengan segumpal darah itu yang jika ia baik maka baiklah semuanya, ia adalah hati.
Comments
Post a Comment