Shadow

Dua hari sudah saya kembali ke gubuk bahagia ini, Ayak¹ selalu berusaha menghadirkan panganan ala orang pesisir. Kami tau pasti itu atas kerjasama antara Ayak dan Mamak². Anak-anaknya memang jarang pulang, bukan karena tidak ingat jalan menuju rumah. Hanya saja tak ingin bermalas-malasan dengan keserba adaan rumah yang bisa menyulap apapun. Bagaimana pun enaknya hidup di rantau jelas akan tersapu dengan sekejap mata dengan kampung halaman dan rumah sendiri. Itu sebabnya tak ingin berlama-lama. 

Lagi-lagi hari ini selepas Ashar saya mencoba melepas penat, karena bosan tidak melakukan apa-apa selama disini. Saya mencoba mengetikkan dua tiga paragraf untuk mengisi waktu luang. Bukan luang, tapi sangat luang seperti sekarang. Tidak ingin mengeluh dengan keadaan luang sebab sudah ada nasihat yang jelas perkara waktu 

"Demi masa, sesungguhnya kita berada dalam kerugian"
Dan satu pernyataan pamungkas lainnya 
"Ingat lima perkara sebelum lima perkara."  Ya seperti sekarang menikmati waktu luang sebelum datang waktu sempit yang bahkan untuk istirahat saja sulit.

Sebenarnya apa yang kita cari di dalam hidup. Setelah kita selesai mengetahui siapa kita dan untuk apa kita hidup lalu apa? Pertanyaan itu jelas berputar-putar di benak kita selalu. Untuk apa semua yang kita capai pada hari ini?. Pengakuan? Kesenangan? Atau sebagai hiasan di masa depan. Maka renungkan itu kembali. Sebab banyak dan sebagian besar menganggap tujuan hidup adalah bahagia. Sedang bahagia tidak memiliki barometer yang jelas. 

Di usia sekarang pertanyaan orang-orang akan semakin ngawur. Tapi jelas itu bukan baru terjadi sekarang. Pertanyaan itu jelas bukan hal-hal baru, kalau baru dia pasti sudah mendapat Nobel penghargaan atas itu. Namun, pertanyaan yang sama justru lebih mengganggu? Kenapa? Karena medianya sudah tidak seperti dahulu. Sekarang selepas orang-orang bertanya secara langsung, mereka akan mencoba merong-rong lewat media massa. Tidak pernah bertanya secara langsung, tidak berkontribusi dalam hal apapun dalam diri kita tiba-tiba saja seperti nulkir merusak mood dan hari kita yang harusnya baik-baik saja. Apakah itu kesalahan mereka? Bisa iya bisa tidak. Tapi, sepatutnya kau tidak terjebak dengan opini mereka. Karena jika benar kau hanya perlu mengamini jika tidak cukup jauhi dan pergi. 

Sebab kebenaran mempunyai tiga sisi. Pertama kebenaran menurutmu, kedua kebenaran menurut orang lain dan yang terakhir kebenaran itu sendiri.
Jadi tak perlu merasa susah payah memberikan kebenaran sebab pada waktunya nanti kebenaran akan memilih waktunya sendiri. 

Ada satu kutipan dari sebuah karya berjudul "Rindu"³ 
"Karena tentang penilaian orang lain,tentang cemas diketahui orang lain siapa kau sebenarnya. Maka ketahuilah nak saat kita tertawa hanya kitalah yang tau persisi apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka tidak relevan penilaian orang lain". 

"Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapapun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tau persis setiap perjalanan yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri". 

Dari sana kita bergerak untuk mengambil satu hikmah. Kenapa perlu hikmah, karena tidak semua orang melihat mengerti apa yang mereka lihat. Orang biasa hanya melihat dan menghabiskan hari nya dengan hanya melihat tanpa melihat makna. Lalu sisa lainnya yang tidak terlalu banyak berusaha mencari makna dari setiap hal yang mereka lihat, sehingga benaknya tidak kosong dan jiwanya tidak melompong. Sebab dia selalu diisi dengan hal-hal yang kiranya membentuk jasadnya menjadi lebih baik.

Mudah saja, lakukan apapun yang masih bisa dilakukan. Jangan membiarkan diri terkurung dalam opini orang lain, karena cara terbaik menghadapi masa lalu, masa kini dan masa depan adalah dengan cara dihadapi. Jika waktumu selesai lebih cepat dari yang lain itu berarti kau harus melakukan pekerjaan lainnya. Sedang kalau belum selesai itu berarti kau harus menyelesaikan nya segera. Tanpa menyalahkan siapapun atau apapun yang menghambat mu menuju jalan itu. 
Seperti Kalam Allah 
"Setelah selesai dengan satu pekerjaan maka bergegaslah untuk mengerjakan yang lain"
Tapi, jangan kesal dan merasa gagal jika proses belum mencapai tahap yang diinginkan sebab Allah juga bersabda 
"Boleh jadi kamu menyukai sesuatu tapi itu tak baik bagimu, dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu. Sungguh Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak".



Ayak¹ : Sebutan untuk orangtua laki-laki
Mamak² : Sebutan untuk orangtua perempuan 
Rindu³ : Sebuah novel best seller karangan TereLiye


Comments

  1. "Barometer kebahagiaan di dunia itu fana. sama seperti halnya sifat dunia, fana. kebahagiaan mutlak ialah dikala kaki sudah berpijak di taman-taman surga."

    halo mbak, suka banget sama tulisan-tulisannya. btw, jadi muhasabahku menjelang maghrib ini. semangat terus,, di tunggu ya karya-karya selanjutnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi musim semi yang Indah... Terimakasih atas waktunya. Alhamdulillah kalau bisa menjadi media muhasabahnya. Semoga selalu meluangkan waktu untuk menulis.

      Delete
  2. I think this is nice ๐ŸŒน๐Ÿต️๐Ÿ’“

    ReplyDelete
    Replies
    1. So you are... terimakasih sudah membaca hari ini ๐Ÿ˜Š

      Delete

Post a Comment

Popular Posts